Kecanduan Seks = Bahaya

Posted on Jumat, 30 April 2010 | 0 komentar
Kecanduan seks atau biasa disebut Andromania atau Cytheromania atau Hysteromania adalah suatu tingkah laku atau kebiasaan akibat dorongan seksual yang luar biasa intens.
Seorang dikatakan kecanduan seks, apabila dirinya sangat terobsesi pada seks, sehingga tidak lagi mampu mengontrol hasrat seksnya. Tidak jarang tindakannya nyerempet nyerempet bahaya, bahkan beresiko mempermalukan dirinya.
Walaupun setelah menjalankan aksi biasanya diikuti perasaan bersalah, namun yang bersangkutan sering merasa tidak berdaya mengendalikannya. Hal tersebut berbeda dengan seorang penikmat seks yang biasanya masih lihat lihat situasi dan memilih bermain “aman”.
Ciri ciri kecanduan seks antara lain :

* sambil berfantasi, sering melakukan masturbasi
* terobsesi pada pornografi seperti cerita, gambar ataupun film porno
* menyukai pembicaraan porno secara langsung, via telpon ataupun cybersex
* menjalin hubungan dengan banyak pasangan, jika perlu prostitusi
* suka melakukan pelecehan seksual bahkan pemerkosaan
* suka mengintip orang yang sedang berhubungan seks
* suka memamerkan alat kelaminnya (exhibitionism)
* pedophilia

Terdapat pula bentuk bentuk maniak seks lainnya seperti :

* dorongan seks abnormal atau Erotomania
* keinginan seks berlebihan atau Nymphomania
* ketertarikan seks abnormal atau Aphrodisiomania
* nafsu seks wanita yang sangat kuat atau Satyromania
* obsesi seks abnormal dengan wanita atau Gynaecomania
* obsesi seks dengan mayat atau Necromania dsb


posted by planetgaulz

Jadi Remaja Sehat Mental

Posted on | 0 komentar
Sehat mental bisa dibilang bebasnya jiwa dari penyakit rohani, macam stress atau depresi. Penyakit mental, biar tidak secanggih penyakit kanker atau darah tinggi, nggak boleh dianggap ringan. Pada jaman dan lingkungan yang semakin modern, ternyata jumlah orang yang menderita sakit mental semakin hari semakin banyak. Survei di Amrik sana saja sudah membuktikan kalau 1 dari 5 anak dan orang dewasa pasti ada yang terkena penyakit ini.


Semakin banyak orang yang kena sakit mental berarti semakin banyak juga jumlah pemakai obat penenang, macam Prozac. Nah, ini yang bikin kita kuatir. Karena kalau selalu tergantung dengan obat penenang akan besar resikonya di masa mendatang. Jadi kuncinya adalah sederhana saja, yaitu mencegah ketimbang mengobati. Coba deh ikuti saran-saran kita di bawah ini dan praktekkan dalam satu minggu. Dijamin kesehatan pikiran dan tubuhmu akan bertambah baik.

Minggu : Saat yang tepat untuk bersantai, bisa sendiri maupun rame-rame. Tapi santai bukan sembarang santai lho. Santai yang oke adalah santai dengan meditasi, olah raga berjalan kaki, atau berdzikir. Kegiatan bersantai macam ini positif banget untuk menenangkan diri. Hasilnya pikiran jadi tajam, kepedulian kita pada diri sendiri dan lingkungan semakin peka. Pas banget buat mengumpulkan energi baru yang bakal kita butuhkan untuk tujuh hari kedepan.
Senin: Buat rencana dan jadwal. Pilih tugas mana saja yang musti diselesaikan minggu ini sekaligus jadwal waktu kapan dan bagaimana tugas itu harus dikerjakan. Kalau tugas yang ada sangat banyak, pilih beberapa buat dikerjakan minggu depannya lagi. Sebaliknya, kalo tugas yang ada sangat sedikit, buat kegiatan baru yang bisa menambah kemampuanmu.

Selasa : Bergaul dengan orang-orang yang mendukungmu. Menghabiskan waktu dengan anggota keluarga atau teman dekat tidak akan ada ruginya. Membuka lagi hubungan dengan teman-teman lama bisa menjauhkan kamu dari kebosanan rutinitas sehari-hari.

Rabu : Manjakan tubuh. Obat yang paling mujarab buat badan sehat adalah berolahraga. Daripada minum alkohol, merokok dan menghisap narkoba, jauh lebih baik dan bermanfaat kalau kita banyak minum air putih, makan makanan yang sehat dan istirahat yang cukup.

Kamis : Sumbangkan dirimu. Maksudnya adalah memberikan waktu dan tenaga kita untuk kepentingan sosial. Banyak riset membuktikan, kalau kita bisa membantu orang lain sedikit banyak rasa percaya diri kita juga bertambah. Efek positif lainnya adalah kamu bakal nambah teman baru lagi (asyik kan !).

Jumat : Perluas cakrawalamu. Apalagi kalau bukan dengan mengembangkan bakat dan minat kita, macam ikut les musik, main ke galeri, baca buku atau buat catatan harian.

Sabtu : Hargai diri sendiri. Ini yang penting dan butuh keseriusan kita. Mulailah bersikap ramah kepada diri sendiri dan hargai usaha sekecil apapun yang pernah kita lakukan. Buang deh pikiran-pikiran negatif tentang diri kita. Lebih baik kita mikirin 'harta karun' yang selama ini terpendam, macam bakat, kemampuan, penghargaan atau hadiah yang pernah kita dapat. Sewaktu-waktu kita lagi 'down' alias bete, kumpulan harta tersebut bisa menghibur hati.

Cara terbaik untuk mencegah terkena penyakit mental adalah belajar untuk menyayangi diri sendiri. Kalau kita sudah sayang dengan diri sendiri maka otomatis dong kesehatan mental kita juga akan dalam kondisi prima. Selamat mencoba !

Diterjemahkan dari May is for Mental Health Month, www.forreal.org

Perlunya Pendidikan Seks bagi Remaja

Posted on Kamis, 29 April 2010 | 0 komentar
SULITNYAmendapatkan informasi yang akurat dan masih kuatnya mitos yang beredar, membuat remaja perempuan memiliki pemahaman yang kurang tepat mengenai tubuhnya.

Remaja merupakan individu yang sedang berada dalam masa persiapan menuju kedewasaan.Pada masa ini terjadi berbagai perkembangan secara pesat, baik fisik maupun psikologis, serta intelektual. Tidak heran, pada masa ini para remaja cenderung memiliki rasa keingintahuan yang besar dan mulai menyukai petualangan dengan mencoba hal-hal yang baru. ”Pada masa inilah mereka memerlukan bimbingan agar dapat membuat pilihan yang benar.

Sehingga, penting sekali setiap remaja, terutama perempuan,memiliki pengetahuan memadai mengenai kewajiban mereka melindungi hak-hak atas tubuhnya,” kata psikolog Ratih Ibrahim saat berbicara di kampanye I Know yang digagas Kotex,beberapa hari lalu. Faktor lingkungan adalah salah satu yang dapat menjerumuskan para remaja kepada pilihan hidup yang keliru. Misalnya saja masih berkembangnya informasi yang simpang siur,yang diturunkan dari generasi sebelumnya dan dipercaya hingga kini.

Pemicu lain yakni berdasarkan masih banyaknya remaja perempuan di Indonesia yang setuju bahwa orangtua mereka menganggap membicarakan masalah seks dan juga masalah keperempuanan adalah tabu.Ada pula remaja yang menganggap diri masih terlalu kecil untuk mengetahui soal seksualitas. ”Kita kemudian tidak dapat menyalahkan remaja yang berani bereksplorasi dengan seksualitas. Padahal pengetahuan mereka amat minim,” kata psikolog yang menaruh perhatian terhadap pengembangan pribadi remaja ini. Ratih merujuk pada data yang didapat dari NRC report tahun 2002.

Laporan ini memaparkan tentang pernyataan industri pornografi bahwa 20%-30% remaja usia 8-17 tahun mengakses situs porno.Artinya, banyak dari remaja yang lebih mudah mengakses internet untuk mencari informasi tentang seksualitas daripada bertanya langsung dengan orangtua. Bahkan,menurut ginekolog dr Boy Abidin, remaja di Indonesia sudah berani bereksplorasi dengan seksualitas. Penelitian Annisa Foundation pada 2006 yang dilakukan di SMP dan SMA di Jawa Barat mengungkapkan, sebesar 42,3% siswa tersebut melakukan hubungan seks pertama kali saat masih di bangku sekolah.

”Mereka melakukannya atas dasar rasa saling suka dan tanpa paksaan,”imbuh Boy. Survei lain menunjukkan,63% remaja di beberapa kota besar di Indonesia telah melakukan hubungan seks pranikah.Namun sebagian besar meyakini berhubungan seks satu kali tidak menyebabkan kehamilan. Hal ini berdasarkan data dari BKKBN periode akhir Desember 2008. Keyakinan yang tidak berlandaskan ini yang akhirnya membuat remaja dengan nekatnya berani melakukan hubungan seks. Padahal, Boy mengatakan, tidak ada jaminan melakukan hubungan seks satu kali saja tidak akan berisiko hamil.

”Bahkan,walaupun ketika berhubungan baik,wanita maupun prianya masih mengenakan celana sekalipun,tidak menjamin si wanita tidak akan hamil,” tutur dokter yang aktif memberikan penyuluhan dan pembekalan kepada remaja seputar kesehatan reproduksi ini. Sebab,sperma yang telah dikeluarkan pria bersifat sangat aktif dan mampu menembus celana ketika pasangan tengah bermesraan. Jika bagian tengah sperma ini sudah bertemu dengan sebuah sel telur dan melebur menjadi satu, maka terjadilah pembuahan dan kehamilan pun tidak dapat dihindari.

Boy menceritakan pengalamannya ketika praktik.Pernah ada seorang pasien yang datang kepadanya dinyatakan positif hamil. ”Pasien saya itu katakan adalah,’kokbisa ya dok padahal saya pakai celana dalam loh’,”kata Boy.Ia lantas mengatakan, jika si pria telah mengeluarkan cairan sperma,maka risiko kehamilan pun sangat besar. Kalau kehamilan sudah terjadi, jalan keluar yang paling aman dilakukan menurut mereka adalah dengan melakukan tindakan aborsi. Banyak pula informasi beredar yang mengatakan aborsi aman dan tanpa efek samping.

Ya benar,memang tidak ada efek samping untuk jangka pendek.Namun, untuk jangka waktu panjang, bersiaplah menghadapi penyakit mematikan yang mungkin diderita. Salah satunya kanker leher rahim atau serviks.Penyakit mematikan ini, terjadi karena dipicu lantaran berhubungan badan ketika usia masih di bawah 20 tahun.Pada usia ini,leher rahim masih teramat rentan dan karenanya amat mudah dimasuki virus human papillomavirus (HPV) yang sangat aktif.Penyakit ini baru akan dialami tubuh dalam waktu 10-20 tahun ke depan.

Berhubungan seks pada masa remaja, selain berisiko mengidap penyakit seperti kanker,juga berisiko tertular penyakit kelamin. Ada banyak penyakit menular kelamin selain HPV.Penyakit yang paling umum di antaranya klamadia, penyakit ini tidak memiliki gejaladitahapawal. Namun,dapatmengarah ke masalah serius seperti kemandulan bila tidak ditangani. Penyakit ini mudah diobati dengan antibiotik.Ada pula gonorea,yakni infeksi tanpa menunjukkan gejala yang dapat mengarah pada kemandulan. Sementara,penyakit yang sangat serius menyerang sistem kekebalan tubuh dan belum diketahui obatnya, serta bisa menyebabkan kematian adalah HIV dan AIDS.

Penyakit menular seksual ini ditularkan dalam banyak cara,terutama melalui pertukaran cairan tubuh, seperti air mani,cairan vagina, dan darah.”Namun, seperti penyakit- penyakit lain,misalnya kutil kelamin, dapatditularkanmelaluikontak kulit,”tutur Boy.(sri noviarni)

Sumber: Koran SINDO

Seks Dini Meningkatkan Resiko Kanker Serviks (Cervical Cancer)

Posted on | 0 komentar
Cervical Cancer atau Kanker Serviks (Kanker Leher Rahim) ternyata meningkat resikonya bagi wanita yang melakukan seks di usia dini. Berikut ini artikel yang diambil dari detikHealth:
Impian menikah muda, punya pendamping, anak, rumah dan menggapai bahagia di masa muda rasanya memang menyenangkan bagi beberapa perempuan. Tapi hati-hati, kawin muda terutama di bawah 17 tahun justru berisiko.


Cervical Cancer atau Kanker Serviks (Kanker Leher Rahim) ternyata meningkat resikonya bagi wanita yang melakukan seks di usia dini. Berikut ini artikel yang diambil dari detikHealth:

Impian menikah muda, punya pendamping, anak, rumah dan menggapai bahagia di masa muda rasanya memang menyenangkan bagi beberapa perempuan. Tapi hati-hati, kawin muda terutama di bawah 17 tahun justru berisiko kena kanker serviks.

Kanker serviks (leher rahim) merupakan kanker terbanyak pada perempuan Indonesia selain kanker payudara. Setiap harinya diperkirakan ada 20 perempuan meninggal dunia karena kanker ini.

“Salah satu penyebab kanker serviks adalah kawin di usia muda, terutama di bawah 17 tahun. Semakin muda usia pertama kali berhubungan seks, semakin besar risiko daerah reproduksi terkontaminasi virus,” kata Dr dr Laila Nuranna, SpOG(K) dalam acara Women’s Health Expo di Puri Agung Sahid Jaya Hotel, Sabtu (6/2/2010).

Fenomena nikah muda banyak terjadi di kampung-kampung atau daerah pedesaan, tapi saat ini tidak sedikit juga orang kota yang melakukan nikah muda.

Selain menikah muda, dr Laila juga menyebutkan faktor lain penyebab kanker serviks diantaranya wanita yang berusia 30-50 tahun, infeksi pada kelamin, banyak berhubungan seksual, merokok, kurang vitamin A/C/E.

Menurut dr Laila, kanker serviks tidak akan muncul begitu saja, tapi butuh waktu 3-17 tahun untuk menjadi kanker, gejala awalnya pun tidak akan terlihat.

“Pada tahap awal penyakit ini tidak menimbulkan keluhan atau gejala klinis. Tapi pada stadium lanjut gejalanya adalah keputihan yang berbau dan bercampur darah, pendarahan di luar haid, pendarahan setelah senggama, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil,” jelas dr Laila.

Jika kanker serviks ditemukan pada tahap prakanker, maka peluang untuk sembuh sangat besar, untuk itulah pentingnya pemeriksaan.

Pemeriksaan bisa dilakukan dengan tes pap smear, IVA, kolposkopi atau tes HPV-DNA. Saat ini juga sudah ada vaksin untuk mencegah infeksi HPV onkogenik 16 dan 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70 persen kasus kanker serviks di dunia.

Vaksinasi telah direkomendasikan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan HOGI (Himpunan Onkologi Genekologi Indonesia) untuk dapat mulai diberikan pada remaja putri mulai usia 10 tahun.

Jadi jangan menunggu lagi, segera lakukan deteksi dini. “Vaksinasi dengan deteksi dini bersama-sama dapat mengurangi kejadian kanker serviks secara efektif
Posted on Minggu, 25 April 2010 | 0 komentar
REMAJA DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH

Summary:dhi_u
*REMAJA DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH* Remaja kota kini semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah.
Nampaknya hal itu berkaitan dengan hasil sebuah penelitian, 10 - 12% remaja
di Jakarta pengetahuan seksnya sangat kurang. Ini mengisyaratkan pendidikan seks bagi anak dan remaja secara intensif
terutama di rumah dan di sekolah, makin penting. Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya ketimbang tidak
tahu sama sekali. Kata-kata bijak ini nampaknya juga berlaku bagi para
remaja tentang pengetahuan seks kendati dalam hal ini ketidaktahuan bukan
berarti lebih tidak berbahaya. Data yang dikumpulkan dr. Boyke Dian Nugraha,
DSOG, ahli kebidanan dan penyakit kandungan pada RS Dharmais, menunjukkan 16
- 20% dari remaja yang berkonsultasi kepadanya telah melakukan hubungan seks
pranikah. Dalam catatannya jumlah kasus itu cenderung naik; awal tahun
1980-an angka itu berkisar 5 - 10%. Sementara itu Dra. Yulia S. Singgih Gunarsa, psikolog dan konselor di sebuah
sekolah swasta di Jakarta, juga melihat fenomena banyaknya pasangan remaja
yang berhubungan dengan calo jasa pengguguran kandungan di Jakarta Pusat dan
penggunaan obat-obat pencegah kehamilan.
Dalam kaitan dengan hubungan seksual, bisa diambil contoh ada remaja yang
berpendapat, kalau hanya sekali bersetubuh, tidak bakal terjadi kehamilan.
Atau, meloncat-loncat atau mandi sampai bersih segera setelah melakukan
hubungan seksual bisa mencegah kehamilan. Pengetahuan seks yang hanya setengah-setengah tidak hanya mendorong remaja
untuk mencoba-coba, tapi juga bisa menimbulkan salah persepsi. Misalnya
saja, berciuman atau berenang di kolam renang yang "tercemar" sperma bisa
mengakibatkan kehamilan, mimpi basah dikira mengidap penyakit kotor, kecil
hati gara-gara ukuran penis kecil, sering melakukan onani bisa menimbulkan
impotensi. Beberapa akibat yang tentunya memprihatinkan ialah terjadinya pengguguran
kandungan dengan berbagai risikonya, perceraian pasangan keluarga muda, atau
terjangkitnya penyakit menular seksual, termasuk HIV yang kini sudah
mendekam di tubuh ratusan orang di Indonesia. Bandingkan dengan temuan
Marlene M. Maheu, Ph.D., psikolog yang berpraktek di Kalifornia, AS, bahwa
setiap tahun terdapat 1 dari 18 gadis remaja Amerika Serikat hamil sebelum
nikah dan 1 dari 5 pasien AIDS tertular HIV pada usia remaja. Dibentak ortu
Melihat kenyataan itu, pendidikan seks secara intensif sejak dini hingga
masa remaja tidak bisa ditawar-tawar lagi. Apalagi mengingat, "Sebagian
besar penularan AIDS terjadi melalui hubungan seksual," tegas Boyke yang
juga pengasuh rubrik konsultasi seks di majalah dan radio. Kalau tidak,
mereka yang kini remaja tidak bisa berbuat banyak saat memasuki usia
produktif di abad XXI mendatang. Seperti dikutip Boyke, survai oleh WHO tentang pendidikan seks membuktikan,
pendidikan seks bisa mengurangi atau mencegah perilaku hubungan seks
sembarangan, yang berarti pula mengurangi tertularnya penyakit-penyakit
akibat hubungan seks bebas. Disebutkan pula, pendidikan seks yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak
azasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan di dalamnya
sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga. Dengan itu
diharapkan angka perceraian yang berdampak kurang baik terhadap anak-anak
pun dapat dikurangi. Hanya yang jadi soal hingga kini, "Pendidikan seks di Indonesia masih
mengundang kontroversi. Masih banyak anggota masyarakat yang belum
menyetujui pendidikan seks di rumah maupun di sekolah," tutur dr. Gerard
Dampaknya tentu bisa ke mana-mana. Antara lain dalam memilih konsumsi
tontonan di TV yang masih berat dengan tayangan film barat dengan budaya dan
gaya hidup yang berbeda. Kehidupan dunia barat yang digambarkan dalam film
ataupun video, menurut Boyke, sering kali menunjukkan kehidupan seks bebas
di kalangan remaja. Itu bukan semata-mata karena faktor
ketagihan, tapi terutama akibat timbulnya persepsi bahwa melakukan hubungan
seksual sudah merupakan hal biasa. Dr. Gerard Paat
Sebab itu, pendidikan seks hendaknya menjadi bagian penting dalam pendidikan
di sekolah. Orang tua dan pendidik wajib meluruskan informasi yang tidak
benar disertai penjelasan risiko perilaku seks yang salah. Namun, pendidikan seks di sekolah mestinya hanya pelengkap pendidikan seks
di rumah. Bukan justru menjadi yang utama seperti terjadi selama ini,
kendati pendidikan seks di sekolah, menurut beberapa pengamat tadi, masih
belum optimal. Pacaran jangan dilarang
Pemberian pengetahuan seks mesti di rumah dilakukan sejak dini dan dimulai
dengan perilaku keseharian anak-anak. Ketika masih anak-anak misalnya,
berikan pengertian kepada mereka agar tidak ke luar dari kamar mandi sambil
telanjang, menutup pintu kamar mandi ketika sedang mandi, mengetuk pintu
terlebih dahulu sebelum masuk kamar ortu. Ketika sudah menginjak bangku SD, remaja putri khususnya, mesti sudah
dipersiapkan menghadapi masa akil balik. Pada usia sekitar 14 tahun, remaja
putri maupun putra rata-rata mulai ingin tahu segala sesuatu tentang lawan
jenisnya. "Ini merupakan proses pendewasaan diri, dan tak bisa dicegah,"
tegas Boyke. Di sinilah ortu mesti mulai lebih sering mengadakan pendekatan
dan memasukkan nilai-nilai moral kepada anak. Pada saat mereka mulai berpacaran di usia yang sudah cukup, kata Boyke, tak
perlu dilarang-larang. Berpacaran merupakan latihan pendewasaan dan
pematangan emosi. Dengan berpacaran mereka bisa merasakan rasa rindu atau
rasa memiliki, dan berlatih bagaimana harus ber-sharing dengan pasangan.
Pada masa ini orang tua remaja putri hendaknya berperan menjadi teman
berdiskusi sambil meneliti siapa pacarnya itu. Dalam hal ini dibutuhkan komunikasi lebih terbuka antara ortu-anak. Melalui
Dr. Paat maupun dr. Boyke menyatakan, penjelasan mengenai risiko melakukan
hubungan seksual pranikah perlu ditekankan. Umpamanya, kehamilan,
kemungkinan terinfeksi HIV atau tertular penyakit kelamin kalau
bergonta-ganti pasangan. Bila terjadi kehamilan dan kandungan terpaksa
digugurkan, mereka menghadapi kemungkinan perdarahan, infeksi, kemandulan,
bahkan kematian. Belum lagi stres atau rasa berdosa yang bakal dihadapi si
anak. Juga diingatkan, dengan anak yang mereka lahirkan di luar nikah,
mereka juga yang mesti bertanggungjawab sebagai ayah dan ibunya. Jangan lupa
pula, "Jagalah agar jiwa mereka tidak banyak terganggu, apalagi selama
mereka masih belum dewasa, masih harus sekolah, dan lain-lain," tambah
Yulia. Kapan saja, di mana saja
Penjelasan yang baik mampu membuka mata mereka betapa melakukan hubungan
seksual pranikah itu tidak ada untungnya. Ini misalnya terbukti ketika dr.
Boyke membagikan kuesioner kepada peserta seminar remaja. Jawaban mereka
sebelum dan sesudah mendengarkan ...
REMAJA DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH Originally published in Shvoong: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1799376-remaja-dan-hubungan-seksual-pranikah/

Mengupas Dampak Seks Pranikah

Posted on | 0 komentar
Apa kamu termasuk orang yang menoleransi seks pranikah? Sebelum menjawab pertanyaan di atas, ada baiknya bila kita menyimak lebih dulu tentang dampak yang mungkin ditimbulkan oleh seks yang dilakukan sebelum menikah.

Banyak wanita dengan naif berpikir bahwa pria bakal bersedia mengikatkan diri lebih dalam lagi setelah mereka berhubungan seks. Hal ini tentu tidak benar, sebab dilihat dari sisi karakter pria pada umumnya, hanya satu saja yang bisa mengikat seorang pria untuk tetap melekat pada kekasihnya, yaitu cinta, dan bukan seks. Meski pria suka seks, namun wanita tidak bisa 'membeli' hati kaum berkumis ini dengan menawarkan seks.

Faktor lain adalah karena ingin masuk pernikahan dengan cap 'berpengalaman' dan mahir dalam berhubungan. Namun, coba pikirkan lagi, pria mana yang mau menikah dengan wanita yang memiliki pengalaman dijamah oleh banyak pria sebelumnya.


Meski makin marak dilakukan akhir-akhir ini, namun baik di negara maju atau negara berkembang, seks pranikah tetap saja menyandang citra buruk. Apalagi ditambah dengan banyaknya faktor merugikan yang bakal ditanggung oleh seseorang yang berhubungan seks di luar nikah, dan seperti yang kita ketahui bersama, beban berat terutama berada di pundak pihak wanita.

Hamil di luar nikah, rasa malu, penularan penyakit kelamin, cap buruk dari masyarakat, penyesalan karena memberikan seks pertama pada kekasih yang brengsek, dan hilangnya keperawanan yang berharga merupakan beberapa kerugian fatal yang didapat bila seorang wanita single memberikan diri pada pria yang bukan suaminya.

Sebaliknya, image 'wanita mahal' yang susah didapatkan, cap moral baik, masih perawan, dan kesan berharga akan disandang oleh wanita yang mampu menahan diri untuk tidak berhubungan intim hingga ia masuk ke dalam pernikahan yang sah. Mau termasuk golongan manakah kamu?!