Seks Dini Meningkatkan Resiko Kanker Serviks (Cervical Cancer)

Posted on Kamis, 29 April 2010 |
Cervical Cancer atau Kanker Serviks (Kanker Leher Rahim) ternyata meningkat resikonya bagi wanita yang melakukan seks di usia dini. Berikut ini artikel yang diambil dari detikHealth:
Impian menikah muda, punya pendamping, anak, rumah dan menggapai bahagia di masa muda rasanya memang menyenangkan bagi beberapa perempuan. Tapi hati-hati, kawin muda terutama di bawah 17 tahun justru berisiko.


Cervical Cancer atau Kanker Serviks (Kanker Leher Rahim) ternyata meningkat resikonya bagi wanita yang melakukan seks di usia dini. Berikut ini artikel yang diambil dari detikHealth:

Impian menikah muda, punya pendamping, anak, rumah dan menggapai bahagia di masa muda rasanya memang menyenangkan bagi beberapa perempuan. Tapi hati-hati, kawin muda terutama di bawah 17 tahun justru berisiko kena kanker serviks.

Kanker serviks (leher rahim) merupakan kanker terbanyak pada perempuan Indonesia selain kanker payudara. Setiap harinya diperkirakan ada 20 perempuan meninggal dunia karena kanker ini.

“Salah satu penyebab kanker serviks adalah kawin di usia muda, terutama di bawah 17 tahun. Semakin muda usia pertama kali berhubungan seks, semakin besar risiko daerah reproduksi terkontaminasi virus,” kata Dr dr Laila Nuranna, SpOG(K) dalam acara Women’s Health Expo di Puri Agung Sahid Jaya Hotel, Sabtu (6/2/2010).

Fenomena nikah muda banyak terjadi di kampung-kampung atau daerah pedesaan, tapi saat ini tidak sedikit juga orang kota yang melakukan nikah muda.

Selain menikah muda, dr Laila juga menyebutkan faktor lain penyebab kanker serviks diantaranya wanita yang berusia 30-50 tahun, infeksi pada kelamin, banyak berhubungan seksual, merokok, kurang vitamin A/C/E.

Menurut dr Laila, kanker serviks tidak akan muncul begitu saja, tapi butuh waktu 3-17 tahun untuk menjadi kanker, gejala awalnya pun tidak akan terlihat.

“Pada tahap awal penyakit ini tidak menimbulkan keluhan atau gejala klinis. Tapi pada stadium lanjut gejalanya adalah keputihan yang berbau dan bercampur darah, pendarahan di luar haid, pendarahan setelah senggama, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil,” jelas dr Laila.

Jika kanker serviks ditemukan pada tahap prakanker, maka peluang untuk sembuh sangat besar, untuk itulah pentingnya pemeriksaan.

Pemeriksaan bisa dilakukan dengan tes pap smear, IVA, kolposkopi atau tes HPV-DNA. Saat ini juga sudah ada vaksin untuk mencegah infeksi HPV onkogenik 16 dan 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70 persen kasus kanker serviks di dunia.

Vaksinasi telah direkomendasikan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan HOGI (Himpunan Onkologi Genekologi Indonesia) untuk dapat mulai diberikan pada remaja putri mulai usia 10 tahun.

Jadi jangan menunggu lagi, segera lakukan deteksi dini. “Vaksinasi dengan deteksi dini bersama-sama dapat mengurangi kejadian kanker serviks secara efektif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar