8.751 PENGIDAP AIDS BELUM TERDETEKSI

Posted on Kamis, 19 November 2009 | 0 komentar
Dari 11.000 angka estimasi (perkiraan) kasus Human Immunodeficiency Virus/Aquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Sumatera Utara, tercatat sekitar 2.429 kasus yang ditemukan selama kurun waktu 1992 – September 2009.

“Berarti masih ada 8.571 pengidap HIV/AIDS yang belum terdeteksi,” kata Kadis Kesehatan Sumut dr. Chandra Syafei melalui Kepala Seksi Penularan Penyakit Menular Langsung, Sukarni, SKM di ruang kerjanya, Senin (9/11).

Dari 2.429 kasus HIV/AIDS yang telah ditemukan, lanjut Sukarni, dilaporkan sebanyak 1.812 kasus yang memiliki identitas secara lengkap. Selebihnya hanya berupa laporan penemuan kasus dari berbagai Klinik Voluntary Counseling dan Testing (VCT) di sejumlah rumah sakit.

Menurut Sukarni, kecilnya angka penemuan kasus HIV/AIDS di Sumut tersebut disebabkan para pengidapnya belum mengalami gejala infeksi opportunistik, sehingga belum terpanggil untuk memeriksakan diri ke klinik VCT.

Padahal, pengidap HIV/AIDS yang masih dalam masa periode jendela (window period) atau tanpa gejala ini, termasuk kelompok risiko tinggi yang berpotensi menularkan virus mematikan tersebut kepada orang lain.

Ketika memasuki fase AIDS yang ditandai dengan munculnya fase AIDS yang ditandai dengan munculnya gejala infeksi opportunistik, barulah orang-orang yang masuk termasuk dalam kelompok risiko tinggi tersebut mendatangi Klinik VCT.

Sukarni juga menambahkan, Kadis Kesehatan Sumut telah menargetkan setiap kabupaten/kota memiliki Klinik VCT pada tahun 2010 agar kasus-kasus HIV/AIDS dapat dideteksi sedini mungkin dan segera diberi terapi pengobatan Anti Retro Viral (ARV).

Saat ini, kasus HIV/AIDS terbesar di Sumut berasal dari kelompok heteroseks (863 kasus) dan pengguna narkotik suntik (706 kasus). Diperkirakan masih ada kasus HIV/AIDS dari kelompok heteroseks dan pengguna narkotik suntik yang belum terdeteksi.

Dinas Kesehatan Sumut memperkirakan ada sekitar 4.600 Pekerja Seks Komersial (PSK) Langsung yang beroperasi di berbagai daerah. Dari jumlah tersebut, 5-8 persen di antaranya terinfeksi HIV/AIDS. Sedangkan PSK Tidak Langsung sekitar 3.100 orang dan 4 persen di antaranya terinfeksi HIV/AIDS. “Dalam hal ini, PSK Tidak Langsung dimaksud adalah para wanita yang memiliki pekerjaan tetap namun masih menjalankan praktik sebagai PSK,” jelas Sukarni.

Para PSK Langsung tersebut memiliki pelanggan sebanyak 105.000 orang dan 1.700 orang di antaranya terinfeksi HIV/AIDS. Sementara PSK Tidak Langsung memiliki pelanggan 46.000 orang dan 800 diantaranya terinfeksi HIV/AIDS.

Kemudian, ada sekitar 74.000 wanita yang menjadi pasangan (istri) pelanggan PSK Langsung. Dari jumlah tersebut, 108 orang di antaranya terinfeksi HIV/AIDS. “Pasangan pelanggan PSK Tidak Langsung sebanyak 34.000 dan 125 diantaranya terinfeksi HIV/AIDS,” ujar Sukarni seraya menambahkan pengguna narkotik suntik yang diperkirakan terinfeksi HIV/AIDS mencapai 6.000 orang.


Sukarni mengingatkan, kini HIV/AIDS bukan masalah kesehatan, tetapi sudah menjadi masalah perilaku dan sosial. “Karena itu, penanggulangan HIV/AIDS tidak bisa hanya mengandalkan institusi kesehatan, tetapi perlu melibatkan berbagai lapisan masyarakat terutama kalangan keluarga pengidap HIV/AIDS itu sendiri.” ujarnya. (Waspada