Mengapa kita perlu berinvestasi di bidang kesehatan dan perkembangan remaja?

Posted on Jumat, 23 Juli 2010 | 0 komentar
Ada sebuah 1200000000 diperkirakan remaja - satu dari setiap lima orang - di dunia saat ini. Masa remaja adalah masa perubahan fisik dan psikologis besar, serta perubahan besar dalam interaksi sosial dan hubungan.

Meskipun kebanyakan remaja membuat transisi menjadi dewasa dalam kesehatan yang baik, banyak yang tidak. Beberapa masalah kesehatan yang dihadapi oleh remaja mempengaruhi mereka selama masa remaja itu sendiri, seperti kematian disebabkan oleh bunuh diri atau kekerasan interpersonal, atau dari konsekuensi dari aborsi tidak aman. Lain-lain mempengaruhi individu di kemudian hari, misalnya, penyakit terkait HIV di masa dewasa akibat infeksi selama masa remaja, atau kanker paru-paru akibat penggunaan tembakau dimulai saat remaja.

Kesehatan remaja juga memiliki efek antar generasi. Bayi yang dilahirkan oleh orang tua remaja memiliki risiko lebih tinggi menjadi kurus dan mati. Mereka juga cenderung menderita dari kerugian sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh orangtua mereka. Ada argumen ekonomi yang menarik untuk mengatasi kesehatan remaja. Meningkatkan kesehatan remaja sekolah akan meningkatkan partisipasi mereka dan retensi di sekolah, prestasi kognitif mereka, dan menyebabkan produktivitas yang lebih besar. Ada juga kebutuhan untuk menjaga investasi dalam kelangsungan hidup anak, dan dalam pendidikan anak-anak yang tinggal untuk menjadi remaja.

Anak-anak dan remaja memiliki kebutuhan penting saat mereka tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Hampir semua pemerintah telah mengkonfirmasikan hak mereka untuk memiliki kebutuhan ini terpenuhi, dengan ratifikasi Konvensi Hak Anak.

Apa remaja perlu tumbuh dan berkembang dalam kesehatan yang baik?
:: Kesehatan kebutuhan

Siapa yang perlu memberikan kontribusi bagi kesehatan dan perkembangan remaja?
:: Kontributor

Apa kontribusi khusus pekerja kesehatan untuk kesehatan dan perkembangan remaja?
:: pekerja kontribusi Kesehatan

Yang mempengaruhi masalah kesehatan remaja dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggapi mereka?
:: Pencegahan dan Penanggulangan

Dunia Remaja Setelah Pubertas

Posted on Jumat, 18 Juni 2010 | 0 komentar
Banyak pertanyaan seputar pacaran. Lalu, apa yang harus kita lakukan. Pacaran ini biasanya mulai muncul pada masa awal pubertas. Perubahan hormon dan fisik bikin kita mulai tertarik pada lawan jenis. Proses.

sayang-sayangan" dua manusia lawan jenis itu merupakan proses mengenal dan memahami lawan jenisnya dan belajar membina hubungan dengan lawan jenis sebagai persiapan sebelum menikah untuk menghindari terjadinya ketidakcocokan dan permasalahan pada saat sudah menikah. Masing-masing berusaha mengenal kebiasaan, karakter atau sifat, serta reaksi-reaksi terhadap berbagai masalah maupun peristiwa.

Kalau masa pacaran kita manfaatkan dengan baik dapat menjadi ajang untuk melihat masalah yang potensial yang akan muncul dari perbedaan diri kita dan doi yang berbeda latar belakang kehidupan sehingga nantinya kita dan doi siap mengantisipasi kalo timbul permasalahan yang tidak dikehendaki.

Kedewasaan kita dalam berpacaran bisa dilihat dari kesiapan untuk bertanggung jawab. Ini dapat dilihat dari kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan peran, membagi waktu, perhatian, dan tanggung jawab antara belajar, pekerjaan rumah, dan pacaran. Kesiapan untuk berbagi dengan orang lain, menghadapi permasalahan pacaran, dan tetap bisa mengendalikan diri dan memenuhi nilai-nilai yang dianut dalam berhubungan dengan lawan jenis.[ygs]

Bahaya Remaja Kurang Tidur

Posted on | 0 komentar
Peneliti menemukan setengah remaja atau orang dewasa tidur di atas jam 10 malam bahkan tiga perempatnya dibiarkan tidur di atas tengah malam. Dalam Journal Sleep disebutkan bahwa hampir 24 persen remaja yang kurang tidur mengalami depresi dan seperlimanya punya pikiran bunuh diri. "Hasil studi ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa kurang tidur merupakan faktor pemicu depresi. Padahal kualitas tidur yang cukup bisa mencegah dari berbagai penyakit seperti dilansir dailymail. Beberapa waktu lalu menurut Gangwisch, kecukupan tidur akan mempengaruhi bagaimana otak merespons sesuatu dan menangani stres. Kurang tidur juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan dan tingkat konsentrasi. Studi yang dirilis oleh American Academy of Sleep Medicine menyarankan agar remaja tidur sebanyak 8 jam setiap malamnya. "Masalahnya adalah lingkungan saat ini sudah berubah. Remaja sekarang lebih banyak terpapar lampu terang, play station, TV dan komputer yang membuat produksi hormon melatonin (hormon ngantuk yang muncul saat gelap) terhenti dan akibatnya seseorang akan lebih susah tidur. Belum lagi dengan aktivitas menelepon dan SMS-an yang sering dilakukan remaja sampai larut malam. Meski sering disepelekan tapi kebiasaan kurang tidur adalah penyebab fatal yang akan membuat seseorang tampak lemah, lesu dan tidak bersemangat. Mulai 2010, jadikanlah tidur cukup selama 8-9 jam sebagai resolusi untuk memulai hari dengan lebih semangat.[ygs]

Seks bebas banyak dipengaruhi narkoba

Posted on Selasa, 25 Mei 2010 | 0 komentar
Warta - Medan
ROZA AMALIA
WASPADA ONLINE

MEDAN – Banyaknya perilaku seks bebas yang membooming akhir– akhir ini berdasarkan hasil penelitian berbagai sumber, menurut psikolog dari Universitas Medan Area, Irna Minauli, dikarenakan pengaruh narkoba.

”Perilaku seks bebas bukan karena di film porno, melainkan karena pengaruh narakoba. Dan itu masih ada saat ini,” katanya, tadi pagi.

Dikatakan, pengaruh obat itu sangat kuat. Dan modus yang sering terjadi dikalangan remaja yakni, seperti remaja putra yang membelikan sesuatu kepada remaja putri, lalu ia meminta upahnya dengan melakukan hubungan seks.

Dikatakannya, kasus narkoba lama kelamaan semakin melebar. Maksudnya, kebanyakan dari remaja yang mengatakan bahwa keluarganya pernah terkena narkoba dan itu bukan aib lagi yang harus ditutupi.

”Seharusnya itu, disembunyikan dan tak pantas untuk dipertunjukkan pada masyarakat luas, karena narkoba merupakan barang haram yang dilarang dikonsumsi oleh agama dan negara,” tukasnya.

Sebelumnya, dari data di Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) anak usia 14-18 tahun kebanyakan melakukan seks bebas. Dari data itu, 21,2 persen melakukan aborsi. Sementara menurut Dr Boyke, 58 persen remaja melakukan seks dengan para PSK.

Editor: SATRIADI TANJUNG

Prilaku Seks Bebas di Kalangan Remaja dan Mahasiswa Sudah Diambang Batas

Posted on | 0 komentar
Perilaku seks di kalangan remaja dan mahasiswa saat ini sudah memprihatinkan, karena kebanyakan mereka tidak mau lagi diberi informasi masalah seks oleh guru maupun orang tua tetapi lebih senang melakukan curhat seks dengan teman - temannya.

Direktur Remaja dan Perlindungan Hak Hak Reproduksi Badan Kependududkan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat Masri Muadz mengatakan hal tersebut disela-sela menghadiri acara Peresmian "Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Mahasiswa dan Kuliah Umum Kesehatan Reproduksi Mahasiswa, di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS),kemarin.

"Yang memprihatinkan lagi masalah remaja dan mahasiswa kurang mendapatkan perhatian. Pemerintah maupun masyarakat tidak peduli. Yang mendapat sorotan hanya soal kasus Gayus," katanya.

Menurut Masri, perilaku seks di kalangan remaja dan mahasiswa harus ditangani secara serius. Karena kalau seorang remaja atau mahasiswa sudah sekali melakukan hubungan seks diluar nikah akan mengulang menjadi sekian kali. Berikutnya akan mencoba dengan yang lain.

Jika sudah terjangkit perilaku seks yang tidak sehat akan diikuti pemakaian narkoba. Masri juga menyebutkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) 1,2 juta adektif. Artinya mereka tidak bisa lagi hidup tanpa narkoba dan 75 persennya adalah remaja dan mahasiswa.(Afz/Jj/At)

PACARAN BACKSTREET, PUTUS ATAU LANJUT ?

Posted on Rabu, 12 Mei 2010 | 0 komentar
Pacaran backstreet memang melelahkan, krena harus pintar-pintar mengatur strategi supaya tidak ketahuan. Mana yang lebih baik, putus ataukah dilanjutkan ?

Kalau sudah dilanda cinta, dunia serasa milik berdua, yang lain pda ngontrak. Joke itu kerap terlontar dikalangan para remaja yang baru merasakan jatuh cinta.

Ketika dunia serasa milik berdua , pasangan sejoli ini tidak akan peduli pada sekelilingnya. Temasuk , aturan tidak boleh pacaran dari orang tua. Bagaimanapun dua sejoli akan berusaha agar cintanya bersatu. Akhirnya keputusan untuk memilih pacaran backstreet pun dijalani mereka yang tidak mendapatkan restu dari lingkungannya.

Sebenarnya , jika diartikan secara arfiah, pacaran backstreet sama dengan pacaran lewat jalan belakang. Dengan gaya backstreet inilah kedua sejoli bisa menjalin hubungan tnpa sepengetahuan orang-orang di sekelilingnya.

Keanyakan, aturan dan larangan memang berasal dari orang tua pihak perempuan. Orang tua pihak perempuan biasanya khawatir kalaumengizinkan putrinya pacaran nanti bisa terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Atau , bisa juga karena orangtua tak menyukai profil pacar anaknya, bis karena beda status sosial, etnis, agama dan semacamnya.

Namun, jiwa remaja yang masih penuh spontanitas sertamerta tak bisa menerima alasan orangtua. Backstreet lah cara pacaran yang dianggap sebagai pilihan yang paling tepat.

DAMPAK

Walaupun backstreet dianggap sebagai cara paling tepat untuk tetap menjalin hubungan, tetap saja da berbagai dampak yang muncul akibat gaya berpacaran seperti itu. Berikut dampaknya :

Rentan konflik

Dalam hubungan dengan gaya backstreet, konflik rentan sekali terjadi. Bukan hanya konflik antara anak dengan orang tua yang memang pasti ada, melainkan juga konflik dalam pasangan itu sendiri. Konflik denga orangtua, terjadi misalnya karena anak selalu menolak diajak pergi keluar. Sebenarnya bukan karena malas, tapi agar bisa bertemu dengan sang kekasih. Lama-kelamaan tentu orangtua akan curiga dan jadi sering marah-marah pada anaknya.

Sedangkan konflik dengan pasangan sendairi bis terjadi karena kesulitan mengatur janji untuk bertemu. Kalau tidak pintar-pintar memahami, pasti jadi gampang berantem.

Depresi

Pacaran backstreet memang lebih berat ketimbang pacaran normal (tidak backstreet). Konflik yang muncul lebih kompleks dan membebani pikiran.

Hal itu akan memicu timbulnya stres. Sebab, ada harapan yang sama-sama tidak terpenuhi. Anak merasa orangtua tidak memenuhi harapannya, begitu juga seballiknya, anak tak memenuhi harapan orangtua.

Kalau kedua belah pihak saling bersikeras, tentu energi negatif yang keluar semakin banyak. Bebaan pikiran yang awalnya hanya sebatas stres, lama-kelamaan berubah depresi.

Muncul rasa bersalah

Backstreet dijalani tentu saja karena terpaksa. Tak heran, mereka yang menjalaninya kerap merasa bersalah pada orang-orang di sekitarnya. Sebab, pacaran lewat jalan belakang ini tak ubahnya seperti pengkhianatan.

Pikir ke depan

Tidak ada yang bisa mengukur kadar cinta seseorang selain mereka yang menjalaninya. Apakah cinta yang diperjuangkan dengan gaya backstreet ini hanya sementara atau malah selamanya ? hanya mereka yang tahu dan bisa memprediksiny.

Dimana ada niat, disitu pasti ada jalan. Karena itu, sebelum memutuskan untuk pacaran,pasangan harus sudah yakin untuk melangkah bersama. Jadi , kalau memang mau backstreet ya jangan tanggung-tanggung. Tunjukan kalau cinta yang dimiliki pasangan memang layak diperjuangkan.

Sedangkan jika dari awal sudah ragu, sebaiknya memang tak usah diteruskan daripada pacaran backstreet tapi akhirnya hanya menyakitkan

Namun kalau sudah terlanjur backstreet, mulailah berpikir kedepan. Akan diteruskan hingga pelaminan atau sampai di sini saja. Apapun keputusan yang diambil, upayakanlah untuk melakukan hal-hal berikut :

* - Mengakui

Ini merupakan langkah awal jika anda berniat melanjutkan hubungan dengan pasangan. Akuilah perasaan cinta yang ada , akui keberadaaan pasangan yang berarti dalam hidup anda.

Resiko pasti ada tapi sebaiknya orangtua tahu yang sebenarnya. Mereka berhak mendapatkan kejujuran dari anaknya. Meski membutuhkan usaha keras dan keberanian yang kuat, cara ini tetap lebih baik daripada terus menyembunyikan posisi pasngan di hadapan orangtua.

Komunikasi

Kalau sudah mengakui perasaan dan kondisi anda dengan pasangan di hadapan orangtua, akan sangat wajar muncul pertentangan. Bahkan konflik lanjutan yang tak kalah seru. Tetapi sekali lagi, cara ini harus ditempuh untuk meyakinkan orangtua tentang hubungan tersebut. Sebaiknya komunikasikan dengan orangtua mengenai alasan mengenalkan pasaangan. Misalnya, karena anda sudah merasa sangat cocok dan nyaman bersamanya. Lantas, diskusikan bersama alasan orangtua melarang anda pacaran. Berkomunikasi dari hati ke hati ini juga harus dilakukan di waktu yang tepat agar pembicaraan bisa rileks tidak emosional.

sumber dari :www.pusatremaja.com

Kecanduan Seks = Bahaya

Posted on Jumat, 30 April 2010 | 0 komentar
Kecanduan seks atau biasa disebut Andromania atau Cytheromania atau Hysteromania adalah suatu tingkah laku atau kebiasaan akibat dorongan seksual yang luar biasa intens.
Seorang dikatakan kecanduan seks, apabila dirinya sangat terobsesi pada seks, sehingga tidak lagi mampu mengontrol hasrat seksnya. Tidak jarang tindakannya nyerempet nyerempet bahaya, bahkan beresiko mempermalukan dirinya.
Walaupun setelah menjalankan aksi biasanya diikuti perasaan bersalah, namun yang bersangkutan sering merasa tidak berdaya mengendalikannya. Hal tersebut berbeda dengan seorang penikmat seks yang biasanya masih lihat lihat situasi dan memilih bermain “aman”.
Ciri ciri kecanduan seks antara lain :

* sambil berfantasi, sering melakukan masturbasi
* terobsesi pada pornografi seperti cerita, gambar ataupun film porno
* menyukai pembicaraan porno secara langsung, via telpon ataupun cybersex
* menjalin hubungan dengan banyak pasangan, jika perlu prostitusi
* suka melakukan pelecehan seksual bahkan pemerkosaan
* suka mengintip orang yang sedang berhubungan seks
* suka memamerkan alat kelaminnya (exhibitionism)
* pedophilia

Terdapat pula bentuk bentuk maniak seks lainnya seperti :

* dorongan seks abnormal atau Erotomania
* keinginan seks berlebihan atau Nymphomania
* ketertarikan seks abnormal atau Aphrodisiomania
* nafsu seks wanita yang sangat kuat atau Satyromania
* obsesi seks abnormal dengan wanita atau Gynaecomania
* obsesi seks dengan mayat atau Necromania dsb


posted by planetgaulz

Jadi Remaja Sehat Mental

Posted on | 0 komentar
Sehat mental bisa dibilang bebasnya jiwa dari penyakit rohani, macam stress atau depresi. Penyakit mental, biar tidak secanggih penyakit kanker atau darah tinggi, nggak boleh dianggap ringan. Pada jaman dan lingkungan yang semakin modern, ternyata jumlah orang yang menderita sakit mental semakin hari semakin banyak. Survei di Amrik sana saja sudah membuktikan kalau 1 dari 5 anak dan orang dewasa pasti ada yang terkena penyakit ini.


Semakin banyak orang yang kena sakit mental berarti semakin banyak juga jumlah pemakai obat penenang, macam Prozac. Nah, ini yang bikin kita kuatir. Karena kalau selalu tergantung dengan obat penenang akan besar resikonya di masa mendatang. Jadi kuncinya adalah sederhana saja, yaitu mencegah ketimbang mengobati. Coba deh ikuti saran-saran kita di bawah ini dan praktekkan dalam satu minggu. Dijamin kesehatan pikiran dan tubuhmu akan bertambah baik.

Minggu : Saat yang tepat untuk bersantai, bisa sendiri maupun rame-rame. Tapi santai bukan sembarang santai lho. Santai yang oke adalah santai dengan meditasi, olah raga berjalan kaki, atau berdzikir. Kegiatan bersantai macam ini positif banget untuk menenangkan diri. Hasilnya pikiran jadi tajam, kepedulian kita pada diri sendiri dan lingkungan semakin peka. Pas banget buat mengumpulkan energi baru yang bakal kita butuhkan untuk tujuh hari kedepan.
Senin: Buat rencana dan jadwal. Pilih tugas mana saja yang musti diselesaikan minggu ini sekaligus jadwal waktu kapan dan bagaimana tugas itu harus dikerjakan. Kalau tugas yang ada sangat banyak, pilih beberapa buat dikerjakan minggu depannya lagi. Sebaliknya, kalo tugas yang ada sangat sedikit, buat kegiatan baru yang bisa menambah kemampuanmu.

Selasa : Bergaul dengan orang-orang yang mendukungmu. Menghabiskan waktu dengan anggota keluarga atau teman dekat tidak akan ada ruginya. Membuka lagi hubungan dengan teman-teman lama bisa menjauhkan kamu dari kebosanan rutinitas sehari-hari.

Rabu : Manjakan tubuh. Obat yang paling mujarab buat badan sehat adalah berolahraga. Daripada minum alkohol, merokok dan menghisap narkoba, jauh lebih baik dan bermanfaat kalau kita banyak minum air putih, makan makanan yang sehat dan istirahat yang cukup.

Kamis : Sumbangkan dirimu. Maksudnya adalah memberikan waktu dan tenaga kita untuk kepentingan sosial. Banyak riset membuktikan, kalau kita bisa membantu orang lain sedikit banyak rasa percaya diri kita juga bertambah. Efek positif lainnya adalah kamu bakal nambah teman baru lagi (asyik kan !).

Jumat : Perluas cakrawalamu. Apalagi kalau bukan dengan mengembangkan bakat dan minat kita, macam ikut les musik, main ke galeri, baca buku atau buat catatan harian.

Sabtu : Hargai diri sendiri. Ini yang penting dan butuh keseriusan kita. Mulailah bersikap ramah kepada diri sendiri dan hargai usaha sekecil apapun yang pernah kita lakukan. Buang deh pikiran-pikiran negatif tentang diri kita. Lebih baik kita mikirin 'harta karun' yang selama ini terpendam, macam bakat, kemampuan, penghargaan atau hadiah yang pernah kita dapat. Sewaktu-waktu kita lagi 'down' alias bete, kumpulan harta tersebut bisa menghibur hati.

Cara terbaik untuk mencegah terkena penyakit mental adalah belajar untuk menyayangi diri sendiri. Kalau kita sudah sayang dengan diri sendiri maka otomatis dong kesehatan mental kita juga akan dalam kondisi prima. Selamat mencoba !

Diterjemahkan dari May is for Mental Health Month, www.forreal.org

Perlunya Pendidikan Seks bagi Remaja

Posted on Kamis, 29 April 2010 | 0 komentar
SULITNYAmendapatkan informasi yang akurat dan masih kuatnya mitos yang beredar, membuat remaja perempuan memiliki pemahaman yang kurang tepat mengenai tubuhnya.

Remaja merupakan individu yang sedang berada dalam masa persiapan menuju kedewasaan.Pada masa ini terjadi berbagai perkembangan secara pesat, baik fisik maupun psikologis, serta intelektual. Tidak heran, pada masa ini para remaja cenderung memiliki rasa keingintahuan yang besar dan mulai menyukai petualangan dengan mencoba hal-hal yang baru. ”Pada masa inilah mereka memerlukan bimbingan agar dapat membuat pilihan yang benar.

Sehingga, penting sekali setiap remaja, terutama perempuan,memiliki pengetahuan memadai mengenai kewajiban mereka melindungi hak-hak atas tubuhnya,” kata psikolog Ratih Ibrahim saat berbicara di kampanye I Know yang digagas Kotex,beberapa hari lalu. Faktor lingkungan adalah salah satu yang dapat menjerumuskan para remaja kepada pilihan hidup yang keliru. Misalnya saja masih berkembangnya informasi yang simpang siur,yang diturunkan dari generasi sebelumnya dan dipercaya hingga kini.

Pemicu lain yakni berdasarkan masih banyaknya remaja perempuan di Indonesia yang setuju bahwa orangtua mereka menganggap membicarakan masalah seks dan juga masalah keperempuanan adalah tabu.Ada pula remaja yang menganggap diri masih terlalu kecil untuk mengetahui soal seksualitas. ”Kita kemudian tidak dapat menyalahkan remaja yang berani bereksplorasi dengan seksualitas. Padahal pengetahuan mereka amat minim,” kata psikolog yang menaruh perhatian terhadap pengembangan pribadi remaja ini. Ratih merujuk pada data yang didapat dari NRC report tahun 2002.

Laporan ini memaparkan tentang pernyataan industri pornografi bahwa 20%-30% remaja usia 8-17 tahun mengakses situs porno.Artinya, banyak dari remaja yang lebih mudah mengakses internet untuk mencari informasi tentang seksualitas daripada bertanya langsung dengan orangtua. Bahkan,menurut ginekolog dr Boy Abidin, remaja di Indonesia sudah berani bereksplorasi dengan seksualitas. Penelitian Annisa Foundation pada 2006 yang dilakukan di SMP dan SMA di Jawa Barat mengungkapkan, sebesar 42,3% siswa tersebut melakukan hubungan seks pertama kali saat masih di bangku sekolah.

”Mereka melakukannya atas dasar rasa saling suka dan tanpa paksaan,”imbuh Boy. Survei lain menunjukkan,63% remaja di beberapa kota besar di Indonesia telah melakukan hubungan seks pranikah.Namun sebagian besar meyakini berhubungan seks satu kali tidak menyebabkan kehamilan. Hal ini berdasarkan data dari BKKBN periode akhir Desember 2008. Keyakinan yang tidak berlandaskan ini yang akhirnya membuat remaja dengan nekatnya berani melakukan hubungan seks. Padahal, Boy mengatakan, tidak ada jaminan melakukan hubungan seks satu kali saja tidak akan berisiko hamil.

”Bahkan,walaupun ketika berhubungan baik,wanita maupun prianya masih mengenakan celana sekalipun,tidak menjamin si wanita tidak akan hamil,” tutur dokter yang aktif memberikan penyuluhan dan pembekalan kepada remaja seputar kesehatan reproduksi ini. Sebab,sperma yang telah dikeluarkan pria bersifat sangat aktif dan mampu menembus celana ketika pasangan tengah bermesraan. Jika bagian tengah sperma ini sudah bertemu dengan sebuah sel telur dan melebur menjadi satu, maka terjadilah pembuahan dan kehamilan pun tidak dapat dihindari.

Boy menceritakan pengalamannya ketika praktik.Pernah ada seorang pasien yang datang kepadanya dinyatakan positif hamil. ”Pasien saya itu katakan adalah,’kokbisa ya dok padahal saya pakai celana dalam loh’,”kata Boy.Ia lantas mengatakan, jika si pria telah mengeluarkan cairan sperma,maka risiko kehamilan pun sangat besar. Kalau kehamilan sudah terjadi, jalan keluar yang paling aman dilakukan menurut mereka adalah dengan melakukan tindakan aborsi. Banyak pula informasi beredar yang mengatakan aborsi aman dan tanpa efek samping.

Ya benar,memang tidak ada efek samping untuk jangka pendek.Namun, untuk jangka waktu panjang, bersiaplah menghadapi penyakit mematikan yang mungkin diderita. Salah satunya kanker leher rahim atau serviks.Penyakit mematikan ini, terjadi karena dipicu lantaran berhubungan badan ketika usia masih di bawah 20 tahun.Pada usia ini,leher rahim masih teramat rentan dan karenanya amat mudah dimasuki virus human papillomavirus (HPV) yang sangat aktif.Penyakit ini baru akan dialami tubuh dalam waktu 10-20 tahun ke depan.

Berhubungan seks pada masa remaja, selain berisiko mengidap penyakit seperti kanker,juga berisiko tertular penyakit kelamin. Ada banyak penyakit menular kelamin selain HPV.Penyakit yang paling umum di antaranya klamadia, penyakit ini tidak memiliki gejaladitahapawal. Namun,dapatmengarah ke masalah serius seperti kemandulan bila tidak ditangani. Penyakit ini mudah diobati dengan antibiotik.Ada pula gonorea,yakni infeksi tanpa menunjukkan gejala yang dapat mengarah pada kemandulan. Sementara,penyakit yang sangat serius menyerang sistem kekebalan tubuh dan belum diketahui obatnya, serta bisa menyebabkan kematian adalah HIV dan AIDS.

Penyakit menular seksual ini ditularkan dalam banyak cara,terutama melalui pertukaran cairan tubuh, seperti air mani,cairan vagina, dan darah.”Namun, seperti penyakit- penyakit lain,misalnya kutil kelamin, dapatditularkanmelaluikontak kulit,”tutur Boy.(sri noviarni)

Sumber: Koran SINDO

Seks Dini Meningkatkan Resiko Kanker Serviks (Cervical Cancer)

Posted on | 0 komentar
Cervical Cancer atau Kanker Serviks (Kanker Leher Rahim) ternyata meningkat resikonya bagi wanita yang melakukan seks di usia dini. Berikut ini artikel yang diambil dari detikHealth:
Impian menikah muda, punya pendamping, anak, rumah dan menggapai bahagia di masa muda rasanya memang menyenangkan bagi beberapa perempuan. Tapi hati-hati, kawin muda terutama di bawah 17 tahun justru berisiko.


Cervical Cancer atau Kanker Serviks (Kanker Leher Rahim) ternyata meningkat resikonya bagi wanita yang melakukan seks di usia dini. Berikut ini artikel yang diambil dari detikHealth:

Impian menikah muda, punya pendamping, anak, rumah dan menggapai bahagia di masa muda rasanya memang menyenangkan bagi beberapa perempuan. Tapi hati-hati, kawin muda terutama di bawah 17 tahun justru berisiko kena kanker serviks.

Kanker serviks (leher rahim) merupakan kanker terbanyak pada perempuan Indonesia selain kanker payudara. Setiap harinya diperkirakan ada 20 perempuan meninggal dunia karena kanker ini.

“Salah satu penyebab kanker serviks adalah kawin di usia muda, terutama di bawah 17 tahun. Semakin muda usia pertama kali berhubungan seks, semakin besar risiko daerah reproduksi terkontaminasi virus,” kata Dr dr Laila Nuranna, SpOG(K) dalam acara Women’s Health Expo di Puri Agung Sahid Jaya Hotel, Sabtu (6/2/2010).

Fenomena nikah muda banyak terjadi di kampung-kampung atau daerah pedesaan, tapi saat ini tidak sedikit juga orang kota yang melakukan nikah muda.

Selain menikah muda, dr Laila juga menyebutkan faktor lain penyebab kanker serviks diantaranya wanita yang berusia 30-50 tahun, infeksi pada kelamin, banyak berhubungan seksual, merokok, kurang vitamin A/C/E.

Menurut dr Laila, kanker serviks tidak akan muncul begitu saja, tapi butuh waktu 3-17 tahun untuk menjadi kanker, gejala awalnya pun tidak akan terlihat.

“Pada tahap awal penyakit ini tidak menimbulkan keluhan atau gejala klinis. Tapi pada stadium lanjut gejalanya adalah keputihan yang berbau dan bercampur darah, pendarahan di luar haid, pendarahan setelah senggama, nyeri panggul atau tidak dapat buang air kecil,” jelas dr Laila.

Jika kanker serviks ditemukan pada tahap prakanker, maka peluang untuk sembuh sangat besar, untuk itulah pentingnya pemeriksaan.

Pemeriksaan bisa dilakukan dengan tes pap smear, IVA, kolposkopi atau tes HPV-DNA. Saat ini juga sudah ada vaksin untuk mencegah infeksi HPV onkogenik 16 dan 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70 persen kasus kanker serviks di dunia.

Vaksinasi telah direkomendasikan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan HOGI (Himpunan Onkologi Genekologi Indonesia) untuk dapat mulai diberikan pada remaja putri mulai usia 10 tahun.

Jadi jangan menunggu lagi, segera lakukan deteksi dini. “Vaksinasi dengan deteksi dini bersama-sama dapat mengurangi kejadian kanker serviks secara efektif
Posted on Minggu, 25 April 2010 | 0 komentar
REMAJA DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH

Summary:dhi_u
*REMAJA DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH* Remaja kota kini semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah.
Nampaknya hal itu berkaitan dengan hasil sebuah penelitian, 10 - 12% remaja
di Jakarta pengetahuan seksnya sangat kurang. Ini mengisyaratkan pendidikan seks bagi anak dan remaja secara intensif
terutama di rumah dan di sekolah, makin penting. Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya ketimbang tidak
tahu sama sekali. Kata-kata bijak ini nampaknya juga berlaku bagi para
remaja tentang pengetahuan seks kendati dalam hal ini ketidaktahuan bukan
berarti lebih tidak berbahaya. Data yang dikumpulkan dr. Boyke Dian Nugraha,
DSOG, ahli kebidanan dan penyakit kandungan pada RS Dharmais, menunjukkan 16
- 20% dari remaja yang berkonsultasi kepadanya telah melakukan hubungan seks
pranikah. Dalam catatannya jumlah kasus itu cenderung naik; awal tahun
1980-an angka itu berkisar 5 - 10%. Sementara itu Dra. Yulia S. Singgih Gunarsa, psikolog dan konselor di sebuah
sekolah swasta di Jakarta, juga melihat fenomena banyaknya pasangan remaja
yang berhubungan dengan calo jasa pengguguran kandungan di Jakarta Pusat dan
penggunaan obat-obat pencegah kehamilan.
Dalam kaitan dengan hubungan seksual, bisa diambil contoh ada remaja yang
berpendapat, kalau hanya sekali bersetubuh, tidak bakal terjadi kehamilan.
Atau, meloncat-loncat atau mandi sampai bersih segera setelah melakukan
hubungan seksual bisa mencegah kehamilan. Pengetahuan seks yang hanya setengah-setengah tidak hanya mendorong remaja
untuk mencoba-coba, tapi juga bisa menimbulkan salah persepsi. Misalnya
saja, berciuman atau berenang di kolam renang yang "tercemar" sperma bisa
mengakibatkan kehamilan, mimpi basah dikira mengidap penyakit kotor, kecil
hati gara-gara ukuran penis kecil, sering melakukan onani bisa menimbulkan
impotensi. Beberapa akibat yang tentunya memprihatinkan ialah terjadinya pengguguran
kandungan dengan berbagai risikonya, perceraian pasangan keluarga muda, atau
terjangkitnya penyakit menular seksual, termasuk HIV yang kini sudah
mendekam di tubuh ratusan orang di Indonesia. Bandingkan dengan temuan
Marlene M. Maheu, Ph.D., psikolog yang berpraktek di Kalifornia, AS, bahwa
setiap tahun terdapat 1 dari 18 gadis remaja Amerika Serikat hamil sebelum
nikah dan 1 dari 5 pasien AIDS tertular HIV pada usia remaja. Dibentak ortu
Melihat kenyataan itu, pendidikan seks secara intensif sejak dini hingga
masa remaja tidak bisa ditawar-tawar lagi. Apalagi mengingat, "Sebagian
besar penularan AIDS terjadi melalui hubungan seksual," tegas Boyke yang
juga pengasuh rubrik konsultasi seks di majalah dan radio. Kalau tidak,
mereka yang kini remaja tidak bisa berbuat banyak saat memasuki usia
produktif di abad XXI mendatang. Seperti dikutip Boyke, survai oleh WHO tentang pendidikan seks membuktikan,
pendidikan seks bisa mengurangi atau mencegah perilaku hubungan seks
sembarangan, yang berarti pula mengurangi tertularnya penyakit-penyakit
akibat hubungan seks bebas. Disebutkan pula, pendidikan seks yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak
azasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan di dalamnya
sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga. Dengan itu
diharapkan angka perceraian yang berdampak kurang baik terhadap anak-anak
pun dapat dikurangi. Hanya yang jadi soal hingga kini, "Pendidikan seks di Indonesia masih
mengundang kontroversi. Masih banyak anggota masyarakat yang belum
menyetujui pendidikan seks di rumah maupun di sekolah," tutur dr. Gerard
Dampaknya tentu bisa ke mana-mana. Antara lain dalam memilih konsumsi
tontonan di TV yang masih berat dengan tayangan film barat dengan budaya dan
gaya hidup yang berbeda. Kehidupan dunia barat yang digambarkan dalam film
ataupun video, menurut Boyke, sering kali menunjukkan kehidupan seks bebas
di kalangan remaja. Itu bukan semata-mata karena faktor
ketagihan, tapi terutama akibat timbulnya persepsi bahwa melakukan hubungan
seksual sudah merupakan hal biasa. Dr. Gerard Paat
Sebab itu, pendidikan seks hendaknya menjadi bagian penting dalam pendidikan
di sekolah. Orang tua dan pendidik wajib meluruskan informasi yang tidak
benar disertai penjelasan risiko perilaku seks yang salah. Namun, pendidikan seks di sekolah mestinya hanya pelengkap pendidikan seks
di rumah. Bukan justru menjadi yang utama seperti terjadi selama ini,
kendati pendidikan seks di sekolah, menurut beberapa pengamat tadi, masih
belum optimal. Pacaran jangan dilarang
Pemberian pengetahuan seks mesti di rumah dilakukan sejak dini dan dimulai
dengan perilaku keseharian anak-anak. Ketika masih anak-anak misalnya,
berikan pengertian kepada mereka agar tidak ke luar dari kamar mandi sambil
telanjang, menutup pintu kamar mandi ketika sedang mandi, mengetuk pintu
terlebih dahulu sebelum masuk kamar ortu. Ketika sudah menginjak bangku SD, remaja putri khususnya, mesti sudah
dipersiapkan menghadapi masa akil balik. Pada usia sekitar 14 tahun, remaja
putri maupun putra rata-rata mulai ingin tahu segala sesuatu tentang lawan
jenisnya. "Ini merupakan proses pendewasaan diri, dan tak bisa dicegah,"
tegas Boyke. Di sinilah ortu mesti mulai lebih sering mengadakan pendekatan
dan memasukkan nilai-nilai moral kepada anak. Pada saat mereka mulai berpacaran di usia yang sudah cukup, kata Boyke, tak
perlu dilarang-larang. Berpacaran merupakan latihan pendewasaan dan
pematangan emosi. Dengan berpacaran mereka bisa merasakan rasa rindu atau
rasa memiliki, dan berlatih bagaimana harus ber-sharing dengan pasangan.
Pada masa ini orang tua remaja putri hendaknya berperan menjadi teman
berdiskusi sambil meneliti siapa pacarnya itu. Dalam hal ini dibutuhkan komunikasi lebih terbuka antara ortu-anak. Melalui
Dr. Paat maupun dr. Boyke menyatakan, penjelasan mengenai risiko melakukan
hubungan seksual pranikah perlu ditekankan. Umpamanya, kehamilan,
kemungkinan terinfeksi HIV atau tertular penyakit kelamin kalau
bergonta-ganti pasangan. Bila terjadi kehamilan dan kandungan terpaksa
digugurkan, mereka menghadapi kemungkinan perdarahan, infeksi, kemandulan,
bahkan kematian. Belum lagi stres atau rasa berdosa yang bakal dihadapi si
anak. Juga diingatkan, dengan anak yang mereka lahirkan di luar nikah,
mereka juga yang mesti bertanggungjawab sebagai ayah dan ibunya. Jangan lupa
pula, "Jagalah agar jiwa mereka tidak banyak terganggu, apalagi selama
mereka masih belum dewasa, masih harus sekolah, dan lain-lain," tambah
Yulia. Kapan saja, di mana saja
Penjelasan yang baik mampu membuka mata mereka betapa melakukan hubungan
seksual pranikah itu tidak ada untungnya. Ini misalnya terbukti ketika dr.
Boyke membagikan kuesioner kepada peserta seminar remaja. Jawaban mereka
sebelum dan sesudah mendengarkan ...
REMAJA DAN HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH Originally published in Shvoong: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1799376-remaja-dan-hubungan-seksual-pranikah/

Mengupas Dampak Seks Pranikah

Posted on | 0 komentar
Apa kamu termasuk orang yang menoleransi seks pranikah? Sebelum menjawab pertanyaan di atas, ada baiknya bila kita menyimak lebih dulu tentang dampak yang mungkin ditimbulkan oleh seks yang dilakukan sebelum menikah.

Banyak wanita dengan naif berpikir bahwa pria bakal bersedia mengikatkan diri lebih dalam lagi setelah mereka berhubungan seks. Hal ini tentu tidak benar, sebab dilihat dari sisi karakter pria pada umumnya, hanya satu saja yang bisa mengikat seorang pria untuk tetap melekat pada kekasihnya, yaitu cinta, dan bukan seks. Meski pria suka seks, namun wanita tidak bisa 'membeli' hati kaum berkumis ini dengan menawarkan seks.

Faktor lain adalah karena ingin masuk pernikahan dengan cap 'berpengalaman' dan mahir dalam berhubungan. Namun, coba pikirkan lagi, pria mana yang mau menikah dengan wanita yang memiliki pengalaman dijamah oleh banyak pria sebelumnya.


Meski makin marak dilakukan akhir-akhir ini, namun baik di negara maju atau negara berkembang, seks pranikah tetap saja menyandang citra buruk. Apalagi ditambah dengan banyaknya faktor merugikan yang bakal ditanggung oleh seseorang yang berhubungan seks di luar nikah, dan seperti yang kita ketahui bersama, beban berat terutama berada di pundak pihak wanita.

Hamil di luar nikah, rasa malu, penularan penyakit kelamin, cap buruk dari masyarakat, penyesalan karena memberikan seks pertama pada kekasih yang brengsek, dan hilangnya keperawanan yang berharga merupakan beberapa kerugian fatal yang didapat bila seorang wanita single memberikan diri pada pria yang bukan suaminya.

Sebaliknya, image 'wanita mahal' yang susah didapatkan, cap moral baik, masih perawan, dan kesan berharga akan disandang oleh wanita yang mampu menahan diri untuk tidak berhubungan intim hingga ia masuk ke dalam pernikahan yang sah. Mau termasuk golongan manakah kamu?!

100 Remaja Lakukan Aborsi Setiap Hari

Posted on Senin, 05 April 2010 | 0 komentar
Kurikulum pendidikan seks (sex education) di sekolah-sekolah selama ini dinilai kurang efektif dalam menanggulangi seks bebas di kalangan remaja. Oleh karenanya, peran orangtua menjadi sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai moral, etika, hukum dan agama.

Pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini sangatlah memprihatinkan. Berdasarkan penelitian, tiap hari 100 remaja melakukan aborsi. Jika dihitung pertahun, 36 ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Belum lagi pengaruh teknologi informasi yang tak terkendali membuat remaja lebih mudah mengakses pengetahuan tentang seks lewat internet, film porno dan majalah porno.

Prof dr Dadang Hawari, psikiater, mengatakan, pengaruh gaya hidup barat sebagai penyebab para remaja mengabaikan nilai-nilai moral. Mereka cenderung menganggap seks bebas sebagai sesuatu yang wajar.

Padahal, agama melarang keras seks bebas. "Namanya saja perzinahan, mendekatinya saja tentu tidak boleh, apalagi melakukannya. Remaja sekarang ini rentan terkena dampak pengaruh informasi seks yang tidak mendidik dan tidak sesuai kaidah agama," tandas Dadang.

Berdasarkan penelitian, tujuh dari dari sepuluh perempuan telah melakukan hubungan seksual sebelum berumur 20 tahun. Sementara satu dari enam pelajar perempuan aktif bergaul seks bebas. Paling sedikit mereka berganti pasangan dengan empat laki-laki yang berbeda-beda.

Dadang berpendapat, seks bebas di kalangan remaja merupakan tanggung jawab kita bersama. Mereka adalah asset yang harus kita bina mental dan moralitasnya. Informasi yang mereka dapatkan selama ini biasa melalui situs porno dan film porno.

Akses informasi menurut dadang, dapat diperoleh dengan mudah melalui internet, HP, buku komik dewasa dan anak, TV (sinetron, film), CD, playstation, media informasi yang saat ini sangat sangat dekat dengan kesehatan remaja.

"Semua media informasi tersebut menyerbu anak-anak dan dikemas sedemikian rupa sehingga perbuatan seks itu dianggap lumrah dan menyenangkan. Mulai dari berciuman, berhubungan seks sebelum nikah, menjual keperawanan, gonta-ganti pasangan, seks bareng, homo atau lesbi, sampai ke incest, semuanya tersedia dalam berbagai media informasi," papar Dadang.

Lalu bagaimana mengantisipasinya? Menurut Dadang, harus diajarkan pendidikan seks berdasarkan nilai-nilai agama. Bila remaja sejak dini diperkenalkan kepada pendidikan seks yang sesuai dengan agama, hingga seks .
bebas di kalangan remaja sedemikian rupa dapat dihindari.

sumber: www.perempuan.com

2,3 JUTA ABORSI SETAHUN TERJADI DI INDONESIA

Posted on Jumat, 02 April 2010 | 0 komentar
15 PERSEN ABORSI ILEGAL DILAKUKAN OLEH KELOMPOK USIA REMAJA KURANG DARI 20 TAHUN.

Berdasarkan hasil penelitian Women Research Institute sepanjang 2008 hingga 2009 terungkap, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia mencapai 228 per100.000 kelahiran hidup.

Dari studi itu juga diketahui, penyebab utama AKI d Indonesia antara lain, perdarahan dan terjadi infeksi saat bersalin. Dan, yang paling mengkhawatirkan, di balik angka di atas tersembunyi beberapa kasus aborsi yang menjadi salah satu penyebab utama kematian ibu.

Ditaksir, 2,3 juta abortus tidak aman terjadi setiap tahun di Indonesia. “Sebanyak 1 juta keguguran spontan, 700 ribu karena kehamilan tidak diinginkan, dan 600 ribu karena kegagalan KB,” ujar Kepala Komite Ahli Kesehatan Reproduksi, Roy Tjiong yang ditemui pada Peluncuran Dan Diskusi Buku Target MDG's Menurunkan Angka Kematian Ibu Tahun 2015 Sulit Dicapai, di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Rabu 24 Maret 2010.

Dari hasil penelitian, Roy mengatakan, 15 persen aborsi dilakukan oleh kelompok usia remaja kurang dari 20 tahun. Rata-rata kehamilan yang menjalani aborsi atau digugurkan adalah kehamilan tanpa alat kontrasepsi. “Dan perlu diketahui, risiko kematian pada kehamilan remaja dua kali lebih tinggi."

Efeknya, tak hanya mematikan nyawa seorang janin, tapi juga berisiko tinggi mengancam jiwa wanita yang melakukannya, dan bahkan berisiko menyebabkan gangguan kesehatan lainnya. "Untuk itu,perlu ada upaya pendekatan dengan remaja, dan sosialisasi bahaya aborsi bagi remaja dan wanita pada umumnya,” kata Roy menjelaskan. (Vivanews)

Kesehatan Mental Remaja

Posted on Rabu, 31 Maret 2010 | 0 komentar
Dalam psikologi perkembangan remaja dikenal sedang dalam fase pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan. Fase perkembangan remaja ini berlangsung cukup lama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 11-19 tahun pada wanita dan 12-20 tahun pada pria. Fase perkebangan remaja ini dikatakan fase pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan adalah karena dalam fase ini remaja sedang berada di antara dua persimpangan antara dunia anak-anak dan dunia orang-orang dewasa.
Kesulitan dan persoalan yang muncul pada fase remaja ini bukan hanya muncul pada diri remaja itu sendiri melainkan juga pada orangtua, guru dan masyarakat. Dimana dapat kita lihat seringkali terjadi pertentangan antara remaja dengan orangtua, remaja dengan guru bahkan dikalangan remaja itu sendiri.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Secara singkat dapat dijelaskan bahwa keberadaan remaja yang ada di antara dua persimpangan fase perkembanganlah (fase interim) yang membuat fase remaja penuh dengan kesukaran dan persoalan. Dapat dipastikan bahwa seseorang yang sedang dalam keadaan transisi atau peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain seringkali mengalami gejolak dan goncangan yang terkadang dapat berakibat buruk bahkan fatal (menyebabkan kematian).(Syah, 2001)
Namun, pada dasarnya semua kesukaran dan persoalan yang muncul pada fase perkembangan remaja ini dapat diminimalisir bahkan dihilangkan, jika orangtua, guru dan masyarakat mampu memahami perkembangan jiwa, perkembangan kesehatan mental remaja dan mampu meningkatkan kepercayaan diri remaja.Persoalan paling signifikan yang sering dihadapi remaja sehari-hari sehingga menyulitkannya untuk beradaptasi dengan lingkungannya adalah hubungan remaja dengan orang yang lebih dewasa, terutama sang ayah, dan perjuangannya secara bertahap untuk bisa membebaskan diri dari dominasi mereka pada level orang-orang dewasa.
Seringkali orangtua mencampuri urusan-urusan pribadi anaknya yang sudah remaja dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut, “Dimana kamu semalam?”, “Dengan siapa kamu pergi?”, “Apa yang kamu tonton?” dan lain sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut pada dasarnya ditujukan oleh orangtua adalah karena kepedulian orangtua terhadap keberadaan dan keselamatan anak remajanya. Namun ditelinga dan dipersepsi anak pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti introgasi seorang polisi terhadap seorang criminal yang berhasil ditangkap.
Menurut pandangan para ahli psikologi keluarga atau orangtua yang baik adalah orangtua yang mampu memperkenalkan kebutuhan remaja berikut tantangan-tantangannya untuk bisa bebas kemudian membantu dan mensupportnya secara maksimal dan memberikan kesempatan serta sarana-sarana yang mengarah kepada kebebasan. Selain itu remaja juga diberi dorongan untuk memikul tanggung jawab, mengambil keputusan, dan merencanakan masa depannya. Namun, proses pemahaman ini tidak terjadi secara cepat, perlu kesabaran dan ketulusan orangtua di dalam membimbing dan mengarahkan anak remajanya.
Selanjutnya para pakar psikologi menyarankan strategi yang paling bagus dan cocok dengan remaja adalah strategi menghormati kecenderungannya untuk bebas merdeka tanpa mengabaikan perhatian orangtua kepada mereka. Strategi ini selain dapat menciptakan iklim kepercayaan antara orangtua dan anak, dapat juga mengajarkan adaptasi atau penyesuaian diri yang sehat pada remaja. Hal ini sangat membantu perkembangan, kematangan, dan keseimbangan jiwa remaja. (Mahfuzh, 2001)
Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama masa remaja tidak selalu dapat tertangani secara baik. Pada fase ini di satu sisi remaja masih menunjukkan sifat kekanak-kanakan, namun di sisi lain dituntut untuk bersikap dewasa oleh lingkungannya. Sejalan dengan perkembangan sosialnya, mereka lebih konformitas pada kelompoknya dan mulai melepaskan diri dari ikatan dan kebergantungan kepada orangtuanya, dan sering menunjukkan sikap menantang otoritas orangtuanya.
Remaja yang salah penyesuaian dirinya terkadang melakukan tindakan-tindakan yang tidak realistis, bahkan cenderung melarikan diri dari tanggung jawabnya. Perilaku mengalihkan masalah yang dihadapi dengan mengkonsumsi minuman beralkohol banyak dilakukan oleh kelompok remaja, bahkan sampai mencapai tingkat ketergantungan penyalahgunaan obat terlarang dan zat adiktif.
Berkaitan dengan pelepasan tangung jawab, dikalangan remaja juga sering dijumpai banyak usaha untuk bunuh diri. di Negara-negara maju, seperti Amerika, Jepang, Selandia Baru, masalah bunuh diri dikalangan remaja berada pada tingkat yang memprihatinkan. Sedangkan dinegara berkembang seperti Indonesia, perilaku tidak sehat remaja yang beresiko kecelakaan juga banyak dilakukan remaja, seperti berkendaraan secara ugal-ugalan. Hal lain yang menjadi persoalan penting dikalangan remaja disemua negara adalah, meningkatnya angka delinkuensi. Perilaku tersebut misalnya keterlibatan remaja dalam perkelahian antar sesame, kabur dari rumah, melakukan tindakan kekerasan, dan berbagai pelanggaran hukum, adalah umum dilakukan oleh remaja.
Kesehatan mental masyarakat pada dasarnya tercermin dari segi-segi kesehatan mental remaja. Makin tinggi angka delikuensi, bunuh diri remaja, penggunaan obat dan ketergantungan pada zat adiktif, berarti kesehatan mental masyarakat makin rendah.Usaha bimbingan kesehatan mental sangat penting dilakukan dikalangan remaja, dalam bentuk program-program khusus, seperti peningkatan kesadaran terhadap kesehatan mental, penyuluhan tentang kehidupan berumah tangga, hidup secara sehat dan pencegahan penggunaan zat-zat adiktif, serta penyuluhan tentang pencegahan terhadap HIV/AIDS, dan sejenisnya.
Program kesehatan mental remaja ini dapat dilakukan melalui institusi-institusi formal remaja, seperti sekolah, dan dapat pula melalui intervensi-intervensi lain seperti program-program kemasyarakatan, atau program-program yang dibuat khusus untuk kelompok remaja.

Remaja Diprogram Berani Ambil Risiko

Posted on Kamis, 25 Maret 2010 | 0 komentar
TEMPO Interaktif, Jakarta - Sebuah penelitian tentang perilaku remaja menyimpulkan, remaja memang tampaknya diprogram untuk berani ambil risiko. Tampaknya itu ada kaitannya dengan kecenderungan mereka yang gemar menikmati ketegangan dari berbagai situasi berbahaya dibanding situasi lainnya, demikian hasil penelitian dari Inggris.

Temuan ini menjelaskan mengapa di usia remaja umumnya aktifitas seperti mencoba-coba, obat terlarang, berkelahi dan perilaku seks tak sehat.

"Usia remaja adalah puncak dari ledakan berbagai perilaku berisiko -- mulai dari mengemudi sembarangan, perilaku seks tak sehat, mencoba-coba alkohol, hingga pola makan yang buruk dan kurang aktifitas fisik," kata Sarah-Jayne Blakemore dari University College London's Institute for Cognitive Neuroscience, salah seorang peneliti masalah ini.

Ia menyebut, tipe perilaku itu berkontribusi pada apa yang disebut sebagai paradoks kesehatan pada usia remaja. Yaitu ketika puncak usia dalam kesehatan fisik bertemu dengan periode relatif tingginya risiko kesehatan dan angka kematian.

Hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal Cognitive Development, ini melibatkan 86 pria berusia sembilan hingga 35. Mereka diminta menjawab pertanyaan saat asyik bermain game komputer dimana mereka harus membuat keputusan tepat untuk mendapatkan nilai.

Setiap satu game peneliti mengukur respon emosional mereka dengan merekam seberapa puas atau tidak puaskah mereka dengan hasil yang mereka dapatkan.

Mereka menemukan pada puncak usia remaja mereka kelihatan sangat senang dengan kemungkinan menang dari situasi dimana mereka perlu keberuntungan untuk mencapainya. Ini membuktikan bagaimana remaja cenderung berani mengambil risiko yang lebih besar, kata peneliti.

"Memahami bagaimana remaja berani mengambil risiko ini sangat penting bagi intervensi kesehatan publik dan juga untuk keluarga," kata Blakemore.

Tak seperti anak kecil, remaja sangat pandai untuk menghitung keberuntungan dari keputusan mereka. Tapi mereka juga berani ambil risiko apapun karena mereka merasa bergairah dengan situasi penuh risiko, dibanding kelompok usia lainnya. hal ini paling tampak pada usia 14 tahun.

World Health Organization (WHO) mendukung penelitian ini karena berdasarkan data tahun lalu saja, 40 persen kematian di usia remaja adalah akibat cedera dan kekerasan, dengan remaja di daerah berpendapatan rendah yang paling berisiko tinggi.

JENIS NARKOBA

Posted on Selasa, 23 Maret 2010 | 0 komentar
Mungkin Kamu belum tahu tentang berbagai jenis Narkoba

yang ada , karena nama yang dipakai di masyarakat adalah

nama Gaulnya ,jadi jauh berbeda dengan nama aslinya atau

nama resminya.


PUTAUW

Nma lainnya adalah Pe-te ,zat ini ada

lah turunan ke lima - ke enam dari He

roin yang dibuat dari bungan yang na

manya Opium.

Ada dua jenis yaitu jenis Banana dan

jenis Snow White yang berbentuk se

perti Bedak.

CIRI PENGGUNA PUTAUW

Pada tahap awal biasanya pengguna akan terlihat tidak berse

mangat ,mata sayu ,pucat ,tidak dapat berkonsentrasi ,hidung

sering terasa gatal , mual dan selalu terlihat mengantuk.!

Kurus karena nafsu makan berkurang ,emosi sangat labil , se

hingga sering marah dan sering pusing atau sakit kepala.

SAKAUW

Adalah terhentinya suplai PUTAUW sehingga akan menimbul

kan gejala mual-mual , mata dan hidung berair ,tulang dan sendi-sendi terasa ngilu , badan berkeringat tidak wajar dan

pemakai terlihat menggigil seperti kedinginan.



SHABU - SHABU

Ini adalah nama GAUL dari Methamphetamine ,berbentuk kris

tal seperti gula pasir atau seperti VETSIN (bumbu penyedap

makanan).

Ada beberapa jenis antara lain : Chystal ,Coconut ,Gold River.

CIRI PENGGUNA SHABU - SHABU :

Setelah menggunakannya ,pemakai akan terlihat bersemangat

, tapi juga cenderung Paranoid (suka curiga) ,terkesan tidak

bisa diam, tidak bisa tidur karena cenderung untuk terus ber

aktivitas ,tapi tetap akan sulit berfikir dengan baik.



ECSTASY

Yang satu ini adalah zat Psikotropika ,jenis yang populer ber

edar dimasyarakat adalah : Alladin , Apel , Electric , Butter

fly dengan nama Gaul yang bermacam - macam.

CIRI PENGGUNA ECSTASY

Setelah memakai pengguna akan menjadi energik tapi mata

sayu dan pucat, berkeringat dan tidak bisa diam ,dan susah tidur.

Efek Negatif yang dapat timbul adalah kerusakan saraf otak

dehidrasi (kurang cairan) ,gangguan lever ,tulang dan gigi

keropos , kerusakan saraf mata dan tidak nafsu makan.



CANNABIS

Cannabis atau yang dikenal juga dengan nama Tetrahidrocana

hidrol ,adalah jenis tanaman yang dikeringkan dengan efek da

pat membuat pemakainya menjadi TELER atau FLY.

CIRI PENGGUNA CANNABIS

Biasanya setelah menggunakan mata akan terlihat sembah

atau kantung mata terlihat bengkak ,merah dan berair , ter

lihat sering bengong ,pendengaran seperti berkurang , sulit

berpikir ,perasaan gembira dan selalu tertawa ,tapi juga da

pat cepat menjadi marah dan tidak bergairah.

Adakah Obat untuk HIV/AIDS Saat Ini?

Posted on | 0 komentar
Ditulis oleh Safri Ishmayana

AIDS merupakan penyakit yang paling ditakuti pada saat ini. HIV, virus yang menyebabkan penyakit ini, merusak sistem pertahanan tubuh (sistem imun), sehingga orang-orang yang menderita penyakit ini kemampuan untuk mempertahankan dirinya dari serangan penyakit menjadi berkurang. Seseorang yang positif mengidap HIV, belum tentu mengidap AIDS. Banyak kasus di mana seseorang positif mengidap HIV, tetapi tidak menjadi sakit dalam jangka waktu yang lama. Namun, HIV yang ada pada tubuh seseorang akan terus merusak sistem imun. Akibatnya, virus, jamur dan bakteri yang biasanya tidak berbahaya menjadi sangat berbahaya karena rusaknya sistem imun tubuh.

Karena ganasnya penyakit ini, maka berbagai usaha dilakukan untuk mengembangkan obat-obatan yang dapat mengatasinya. Pengobatan yang berkembang saat ini, targetnya adalah enzim-enzim yang dihasilkan oleh HIV dan diperlukan oleh virus tersebut untuk berkembang. Enzim-enzim ini dihambat dengan menggunakan inhibitor yang nantinya akan menghambat kerja enzim-enzim tersebut dan pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan virus HIV.

HIV merupakan suatu virus yang material genetiknya adalah RNA (asam ribonukleat) yang dibungkus oleh suatu matriks yang sebagian besar terdiri atas protein. Untuk tumbuh, materi genetik ini perlu diubah menjadi DNA (asam deoksiribonukleat), diintegrasikan ke dalam DNA inang, dan selanjutnya mengalami proses yang akhirnya akan menghasilkan protein. Protein-protein yang dihasilkan kemudian akan membentuk virus-virus baru.


Gambar 1A Struktur Virus HIV


Gambar 1B Daur hidup HIV

Obat-obatan yang telah ditemukan pada saat ini menghambat pengubahan RNA menjadi DNA dan menghambat pembentukan protein-protein aktif. Enzim yang membantu pengubahan RNA menjadi DNA disebut reverse transcriptase, sedangkan yang membantu pembentukan protein-protein aktif disebut protease.

Untuk dapat membentuk protein yang aktif, informasi genetik yang tersimpan pada RNA virus harus diubah terlebih dahulu menjadi DNA. Reverse transcriptase membantu proses pengubahan RNA menjadi DNA. Jika proses pembentukan DNA dihambat, maka proses pembentukan protein juga menjadi terhambat. Oleh karena itu, pembentukan virus-virus yang baru menjadi berjalan dengan lambat. Jadi, penggunaan obat-obatan penghambat enzim reverse transcriptase tidak secara tuntas menghancurkan virus yang terdapat di dalam tubuh. Penggunaan obat-obatan jenis ini hanya menghambat proses pembentukan virus baru, dan proses penghambatan ini pun tidak dapat menghentikan proses pembentukan virus baru secara total.

Obat-obatan lain yang sekarang ini juga banyak berkembang adalah penggunaan penghambat enzim protease. Dari DNA yang berasal dari RNA virus, akan dibentuk protein-protein yang nantinya akan berperan dalam proses pembentukan partikel virus yang baru. Pada mulanya, protein-protein yang dibentuk berada dalam bentuk yang tidak aktif. Untuk mengaktifkannya, maka protein-protein yang dihasilkan harus dipotong pada tempat-tempat tertentu. Di sinilah peranan protease. Protease akan memotong protein pada tempat tertentu dari suatu protein yang terbentuk dari DNA, dan akhirnya akan menghasilkan protein yang nantinya akan dapat membentuk protein penyusun matriks virus (protein struktural) ataupun protein fungsional yang berperan sebagai enzim.


Gambar 2 (klik untuk memperbesar)

Gambar 2 menunjukkan skema produk translasional dari gen gag-pol dan daerah di mana produk dari gen tersebut dipecah oleh protease. p17 berfungsi sebagai protein kapsid, p24 protein matriks, dan p7 nukleokapsid. p2, p1 dan p6 merupakan protein kecil yang belum diketahui fungsinya. Tanda panah menunjukkan proses pemotongan yang dikatalisis oleh protease HIV (Flexner, 1998).

Menurut Flexner (1998), pada saat ini telah dikenal empat inhibitor protease yang digunakan pada terapi pasien yang terinfeksi oleh virus HIV, yaitu indinavir, nelfinavir, ritonavir dan saquinavir. Satu inhibitor lainnya masih dalam proses penelitian, yaitu amprenavir. Inhibitor protease yang telah umum digunakan, memiliki efek samping yang perlu dipertimbangkan. Semua inhibitor protease yang telah disetujui memiliki efek samping gastrointestinal. Hiperlipidemia, intoleransi glukosa dan distribusi lemak abnormal dapat juga terjadi.


Gambar 3 (klik untuk memperbesar)

Gambar 3 menujukkan lima struktur inhibitor protease HIV dengan aktivitas antiretroviral pada uji klinis. NHtBu = amido tersier butil dan Ph = fenil (Flexner, 1998).

Uji klinis menunjukkan bahwa terapi tunggal dengan menggunakan inhibitor protease saja dapat menurunkan jumlah RNA HIV secara signifikan dan meningkatkan jumlah sel CD4 (indikator bekerjanya sistem imun) selama minggu pertama perlakuan. Namun demikian, kemampuan senyawa-senyawa ini untuk menekan replikasi virus sering kali terbatas, sehingga menyebabkan terjadinya suatu seleksi yang menghasilkan HIV yang tahan terhadap obat. Karena itu, pengobatan dilakukan dengan menggunakan suatu terapi kombinasi bersama-sama dengan inhibitor reverse transcriptase. Inhibitor protease yang dikombinasikan dengan inhibitor reverse transkriptase menunjukkan respon antiviral yang lebih signifikan yang dapat bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama (Patrick & Potts, 1998).

Dari uraian di atas, kita dapat mengetahui bahwa sampai saat ini belum ada obat yang benar-benar dapat menyembuhkan penyakit HIV/AIDS. Obat-obatan yang telah ditemukan hanya menghambat proses pertumbuhan virus, sehingga jumlah virus dapat ditekan.

Oleh karena itu, tantangan bagi para peneliti di seluruh dunia (termasuk Indonesia) adalah untuk mencari obat yang dapat menghancurkan virus yang terdapat dalam tubuh, bukan hanya menghambat pertumbuhan virus. Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati, tentunya memiliki potensi yang sangat besar untuk ditemukannya obat yang berasal dari alam. Penelusuran senyawa yang berkhasiat tentunya memerlukan penelitian yang tidak sederhana. Dapatkah obat tersebut ditemukan di Indonesia? Wallahu a’lam.

Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja Putri Indonesia Masih Terabaikan

Posted on Senin, 01 Maret 2010 | 0 komentar
Kapanlagi.com - Masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas remaja perempuan di Indonesia masih terabaikan, ini terlihat dari banyaknya kasus kehamilan di luar nikah, kekerasan masa pacaran dan aborsi dengan obat-obatan yang beresiko tinggi.

"Data konseling kehamilan tidak dikehendaki selama 2004 menunjukkan 560 kasus reproduksi dengan proporsi usia di bawah 18 tahun mencapai 10,89 persen," kata Indana Laazulva SIP Mkes pada seminar Kesehatan Reproduksi bagi Ibu, Remaja dan Anak dalam Perspektif Gender yang diselenggarakan Pusat Studi Wanita Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, sebagian remaja tersebut berusia 14 hingga 24 tahun, dan pengetahuan mereka tentang resiko melakukan hubungan seks masih rendah. "Ini karena kurangnya informasi mengenai seksualitas dan reproduksi," sambungnya.

Salah satu solusinya, yakni melalui program promotif, preventif dan kuratif, antara lain dengan pelatihan kepada remaja perempuan untuk berkata `tidak` jika diajak berhubungan seks oleh pacarnya, layanan kesehatan yang ramah dan bisa diakses secara mudah oleh para remaja, memperbaiki komunikasi antar orangtua dan anak.

Juga bisa melalui pemberian dukungan sosial, spikis dan layanan kesehatan bagi perempuan korban kehamilan tidak dikehendaki (KTD)

Kata dia, pemerintah sendiri perlu menetapkan kebijakan dalam menjalankan program tersebut, yakni dengan menyediakan pembiayaan kesehatan reproduksi remaja sesuai kesepakatan International Conference for Population and Development (ICPD) Kairo 1994 tentang hak-hak remaja.

Dalam seminar ini juga dibahas pentingnya informasi bagi para ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi bayi, sehingga bayi tidak akan mengalami gangguan selama pertumbuhannya.

Dicontohkannya, salah satu penyakit karena kekurangan gizi adalah anencephaly, yakni bayi lahir dengan tidak memiliki otak, sehingga mengakibatkan kematian.

Pakar gizi anak Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta Dr Endy Paryanto P mengatakan masyarakat perlu memahami pentingnya asupan gizi untuk kesehatan bayi agar tidak mengalami resiko kesehatan dalam pertumbuhannya.

Ia mengatakan peran makanan dalam tumbuh kembang anak adalah membentuk struktur pertumbuhan otak dan menjalankan fungsi otak, yang pertumbuhannya dimulai sejak bayi masih dalam kandungan sampai usia 12 tahun.

Menurut dia, selama ini penyuluhan kesehatan belum dilakukan secara menyeluruh, sehingga masih banyak warga masyarakat yang belum tahu bahwa gizi merupakan kebutuhan utama dan penting bagi pertumbuhan bayi.

Maka, peran pemerintah, orangtua, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), institusi pendidikan serta masyarakat sangat diperlukan dalam memahami, mencegah serta cara mengatasi masalah seksualitas dan seputar kasus reproduksi itu. (*/erl)

Remaja Dipersimpangan jalan

Posted on Minggu, 28 Februari 2010 | 0 komentar
Remaja merupakan bagian fase kehidupan manusia dengan karakter khasnya yang penuh gejolak. Perkembangan emosi yang belum stabil dan bekal hidup yang masih perlu dipupuk menjadikan remaja lebih rentan mengalami gejolak sosial. Diakui atau tidak, fakta telah menjelaskan keteledoran orang tua dan pendidik dalam mengarahkan dan membimbing anaknya berkontribusi meningkatkan problem-problem sosial dan kriminal.

Dampak pergaulan bebas remaja mengantarkan pada kegiatan tuna sosial di masyarakat. Beberapa penelitian menunjukkan, remaja putra maupun putri pernah berhubungan seksual. Di antara mereka yang kemudian hamil pranikah mengaku taat beribadah. Penelitian di Jakarta tahun 1984 menunjukkan 57,3 persen remaja putri yang hamil pranikah mengaku taat beribadah. Penelitian di Bali tahun 1989 menyebutkan, 50 persen wanita yang datang di suatu klinik untuk mendapatkan induksi haid berusia 15-20 tahun. Menurut Prof. Wimpie, induksi haid adalah nama lain untuk aborsi. Sebagai catatan, kejadian aborsi di Indonesia per tahun cukup tinggi yaitu 2,3 juta per tahun. “ Dan 20 persen di antaranya remaja,” kata Guru Besar FK Universitas Udayana, Bali ini.

Penelitian di Bandung tahun 1991 menunjukkan dari pelajar SMP, 10,53 persen pernah melakukan ciuman bibir, 5,6 persen melakukan ciuman dalam, dan 3,86 persen pernah berhubungan seksual. Dari aspek medis, menurut Dr. Budi Martino L., SPOG, seks bebas memiliki banyak konsekwensi misalnya, penyakit menular seksual,(PMS), selain juga infeksi, infertilitas dan kanker. Tidak heranlah makin banyak kasus kehamilan pranikah, pengguguran kandungan, dan penyakit kelamin maupun penyakit menular seksual di kalangan remaja (termasuk HIV/AIDS).

Di Denpasar sendiri, menurut guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, per November 2007, 441 wanita dari 4.041 orang dengan HIV/AIDS. Dari 441 wanita penderita HIV/AIDS ini terdiri dari pemakai narkoba suntik 33 orang, 120 pekerja seksual, 228 orang an baik. Karena keadaan wanita penderita HIV/AIDS mengalami penurunan sistem kekebelan tubuh menyebabkan 20 kasus HIV/AIDS menyerang anak dan bayi yang dilahirkannya.

Tindakan remaja yang seringkali tanpa kendali menyebabkan bertambah panjangnya problem sosial yang dialaminya. Menurut WHO, di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar 40-60 juta ibu yang tidak menginginkan kehamilan melakukan aborsi. Setiap tahun diperkirakan 500.000 ibu mengalami kematian oleh kehamilan dan persalinan. Sekitar 30-50 % diantaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan 90 % terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia.

Konsep Kespro Dalam Islam

Posted on | 0 komentar
Islam adalah agama yang sempurna. Islam datang sebagai pedoman yang menyelesaikan segala persoalan kehidupan manusia termasuk di dalamnya dengan masalah kesehatan. Terciptanya kondisi sehat secara fisik dan jiwa sangat terkait dengan faktor lain yaitu pandangan hidupnya. Jauh sebelum kita membicarakan apa dampak seks bebas dan bagaiaman solusinya, Islam mengajarkan konsep filosofi hidup yang benar yaitu keyakinan kuat menempatkan Alloh sebagai pencipta dan pengatur hidup manusia. Dia melengkapi hidup kita dengan seperangkat aturan yang terbaik yaitu islam. Inilah konsep hidup yang benar & harus ditanamkan pada remaja.

Pergaulan bebas adalah merupakan bentuk pelanggaran terhadap aturan Alloh yang sangat memuliakan pola hubungan dan interaksi antara laki-laki dan perempuan. Alloh menjunjung tinggi kehormatan perempuan dengan menghalalkan organ reproduksinya hanya melalui satu pintu yaitu pernikahan. Pernikahan bertujuan untuk melahirkan keturunan dan melestarikan jenis manusia (QS. Annisa [4]:1; QS an-Nahl [16]: 72 dan Islam melarang perbuatan zina. Pernikahan merupakan bentuk kontrol reproduksi perempuan bukan sebagai bentuk penjajahan atas kebebasan perempuan. Dengan menikah perempuan akan lebih dimuliakan karena kemampuannya untuk hamil, melahirkan dan memenuhi hak pengasuhan terhadap anak-anaknya. Inilah fitrah perempuan dan ketika menjalani sesuai fitrah ini akan mendatangkan ketenangan hidup dan terjaga kemuliaannya. Sebaliknya, ketika manusia melakukan pelanggaran, akan mendatangkan kemadharatan yang menghancurkan kehidupannya sendiri.

Hubungan seks di luar pernikahan menunjukkan tidak adanya rasa tanggung jawab dan memunculkan rentetan persoalan baru yang menyebabkan gangguan fisik dan psikososial manusia. Bahaya tindakan aborsi, menyebarnya penyakit menular seksual, rusaknya institusi pernikahan, serta ketidakjelasan garis keturunan. Kehidupan keluarga yang diwarnai nilai sekuleristik dan kebebasan hanya akan merusak tatanan keluarga dan melahirkan generasi yang terjauh dari sendi-sendi agama.

Islam tidak menganggap seks sebagai satu-satunya tujuan pernikahan. Namun terciptanya keturunan merupakan aspek terpenting dalam pernikahan. Kehidupan keluarga mengajarkan seseorang agar bertanggung jawab, mengasihi dan mencintai anggota keluarga, berbagi, dan saling memperhatikan. Keluarga ini yang mampu melahirkan generasi bertaqwa. Cinta yang ditimbulkan antara suami-istri akan berkembang menjadi cinta bagi keturunan yang menyebarkan rahmat bagi semesta alam.

”Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Barang siapa yang mengikuti langkah syetan, maka sesungguhnya dia (syetan) menyuruh perbuatan yang keji dan mungkar. Kalau bukan karena karunia Alloh dan Rahmat-Nya kepadamu, niscaya tidak seorang pun diantara kamu bersih dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Alloh membersihkan siapa yang dikehendaki... (An-Nuur (24):21)

Dari paparan di atas betapa bahanyanya budaya seks bebas di kalangan remaja, tidak hanya pada remaja itu sendiri tetapi juga pada lingkungan sosial masyarakat. Islam sebagai agama yang paripurna telah mengatur dengan begitu mulianya pemenuhan kebutuhan seksual manusia. Oleh karena itu sebagai orang tua atau tenaga pendidik perlu untuk mengkaji lebih lanjut cara yang benar dalam Islam dalam memberikan pendidikan seks kepada remaja, termasuk juga mengenalkan kesehatan reproduksi yang bijak dan benar sehingga siap menjadi orangtua yang mendidik generasi unggulan. Bukankah demikian.........



* Disampaikan pada Seminar Regional ”Peran Pendidik Dalam Memahamkan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi” oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD II Malang, di Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Malang.
Posted on Sabtu, 27 Februari 2010 | 0 komentar

Gaya Berpacaran Remaja Kian Bebas

Posted on Senin, 22 Februari 2010 | 0 komentar
WATES, KOMPAS.com - Gaya berpacaran remaja di wilayah perdesaan kian mengkhawatirkan. Remaja kini tidak lagi sungkan mengajak teman sebayanya untuk berhubungan seks di luar nikah karena termakan propaganda pergaulan bebas di televisi maupun situs internet.

Demikian terungkap dalam sarasehan bertema Pacaran Sehat memperingati Hari Valentine yang di adakan oleh Youth Forum Kulon Progo di Kantor Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), Wates, Minggu (14/2/2010). Acara itu diikuti sekitar 50 orang pelajar dari 10 SLTA di Kulon Progo.

Fasilitator Remaja PKBI Budi Prasetyo mengatakan pihaknya pernah mendampingi remaja-remaja di sejumlah desa di Kecamatan Nanggulan, Wates, dan Pengasih, sekitar akhir 2009. Hasil dari pendampingan menunjukkan banyak pasangan remaja terpaksa menikah karena sudah telanjur berhubungan seks dan membuahkan kehamilan yang tidak diinginkan.

Di Desa Jatirejo, Nanggulan, misalnya, puluhan remaja di bawah usia 20 tahun menikah karena alasan itu. "Setelah kami coba telusuri, ternyata pola pacaran remaja desa saat ini sudah mirip remaja kota yang bebas dan berisiko," ujar Budi.

Budi mengungkapkan, alasan remaja putra untuk berhubungan seks dengan kekasihnya umumnya adalah demi gengsi dan kebanggaan di kalangan rekan-rekan sepergaulannya. Sementara remaja putri tidak kuasa menolak ajakan berhubungan seks karena merasa takut kehilangan pacar dan dikucilkan dari pergaulan.

Ditambahkan Margareta Theodora (16), siswi kelas XI SMKN 1 Pengasih, alasan remaja menjalani pergaulan bebas karena ikut-ikutan tayangan sinetron di televisi dan informasi internet. Ia pun menyayangkan peran orangtua yang seolah tutup mata dan tidak bersedia membuka komunikasi dua arah dengan anak-anaknya.

Orangtua kadang hanya sekadar melarang dan membatasi pola pergaulan anak tanpa alasan yang jelas karena dianggap hal tabu untuk dibicarakan. Padahal, remaja butuh penjelasan atau mereka akan mencari sendiri informasi dari teman-teman dan sumber lain yang belum tentu benar, kata Margareta.

Karena itu, dalam sarasehan tersebut, Youth Forum PKBI Kulon Progo merasa perlu menyosialisasikan ulang pacaran yang sehat kepada remaja. Budi mengatakan, pacaran yang sehat memenuhi tiga kriteria, yakni sehat fisik, mental, dan sosial. Pacaran sehat akan dikampanyekan di sekolah-sekolah melalui berbagai media dan perantara pendampin g sebaya.

Selain itu, PKBI juga akan merekomendasikan penambahan materi upaya menghargai diri (self esteem) dalam pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah. Materi ini, menurut Budi, dapat menjadi cara yang efektif bagi remaja untuk menghindari perilaku negatif dalam berpacaran.

"Dengan menghargai dirinya sendiri, maka remaja tidak akan mudah terbujuk rayuan atau mengikuti tren pergaulan bebas. Sebab mereka akan menyadari betul konsekuensi yang bakal ditanggung," ujar Budi.

Kenakalan Remaja

Posted on Rabu, 17 Februari 2010 | 0 komentar
Oleh: AsianBrain.com Content Team

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi.


Definisi kenakalan remaja menurut para ahli

* Kartono, ilmuwan sosiologi
Kenakalan Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang".
* Santrock
"Kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal."


Sejak kapan masalah kenakalan remaja mulai disoroti?
Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat.

Jenis-jenis kenakalan remaja

* Penyalahgunaan narkoba
* Seks bebas
* Tawuran antara pelajar


Penyebab terjadinya kenakalan remaja
Perilaku 'nakal' remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Faktor internal:

1. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.


Faktor eksternal:

1. Keluarga
Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.


Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja:

1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3. Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

Tentang Penulis: AsianBrain.com Content Team. Asian Brain adalah pusat pendidikan Internet Marketing PERTAMA & TERBAIK di Indonesia. Didirikan oleh Anne Ahira yang kini menjadi ICON Internet Marketing Indonesia. Kunjungi situsnya: www.AsianBrain.com

Puluhan Balita Di Bali Mengidap HIV/AIDS

Posted on | 0 komentar
Gaya hidup bebas di Bali sepertinya semakin menunjukkan dampak yang memprihatinkan. Bagaimana tidak, puluhan bayi di bawah usia lima tahun terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Dan jumlah ini semakin melonjak dan perkembangannya tampak mengkuatirkan, karena serangan HIV/AIDS ini diidap oleh semua kelompok usia.

Komisi penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali dalam laporannya hingga November 2009 menyebutkan dari 3.181 kasus, sedikitnya 19 bayi di bawah 1 tahun positif terjangkit penyakit dan virus mematikan itu. Dari 19 bayi tersebut yang berasal dari orangtua biasa maupun orangtua yang memiliki latar belakang kehidupan seks bebas, yang positif AIDS mencapai 18 bayi, terdiri dari 11 bayi laki-laki dan 7 bayi perempuan, dan hanya seorang bayi perempuan yang terkena HIV.

Pada kelompok 1-4 tahun, yang ditemukan positif terjangkit HIV/AIDS mencapai 43 balita, terdiri dari 29 penderita AIDS (15 balita laki-laki dan 14 balita perempuan) dan 14 penderita HIV (6 balita laki-laki dan 8 balita perempuan).

Hasil ini tentu saja mengundang keprihatinan yang sangat besar. Mercya Soetanto selaku aktivis penanggulangan HIV/AIDS dan juga penghubung media KPA Bali menghimbau kepada setiap wanita usia subur bersama dengan pasangannya secara rutin memeriksakan kesehatannya kepada dokter. Dengan demikian jika di antara pasangan ada yang terjangkit HIV/AIDS dapat diketahui sejak dini dan penderita dapat mencegah terjadinya kehamilan.

Selain balita, kelompok usia 5-14 tahun ditemukan 5 orang positif HIV/AIDS, dengan 3 anak menderita AIDS dan 2 anak tertular HIV. Namun untuk usia 15-19 tahun, penderita mencapai 74 orang dengan 16 anak remaja mengidap AIDS dan 58 anak remaja mengidap HIV.

Selain kelompok usia anak dan remaja ini, penderita terbanyak didapati pada rentang usia 20-39 tahun, yakni mencapai 1.500 orang atau 47,15% dari 3.181 kasus, terdiri dari 615 orang menderita AIDS dan 885 orang terkena HIV. Dalam kelompok usia 30-39 tahun didapati 1.118 orang pengidap HIV/AIDS atau 35,15% dari total kasus, dengan 647 penderita AIDS dan 471 pengidap HIV. Di kelompok usia 40-49 tahun, didapati 332 penderita HIV/AIDS atau 10,44% dari total kasus, dengan 217 penderita AIDS dan 115 orang tertular HIV. Bahkan di rentang usia 50-59 tahun didapati 80 orang positif mengidap HIV/AIDS, terdiri dari 64 orang mengidap AIDS dan 16 orang tertular HIV. Rentang usia di atas 60 tahun ditemukan 10 kasus, terdiri dari 8 orang terjangkit AIDS dan 2 lainnya terkena HIV.

Bagaimanapun juga, tidak ada obat yang lebih ampuh untuk menanggulangi HIV/AIDS selain dengan gaya hidup yang menjunjung tinggi kekudusan, no sex before married dan hanya memiliki satu pasangan sampai maut memisahkan.

Sumber : antaranews

Remaja Putri Indonesia tidak Paham Kewanitaanya

Posted on Jumat, 12 Februari 2010 | 0 komentar
BANDUNG--MI: Hampir seluruh remaja putri Indonesia yang menjadi responden suatu survei tidak dapat menjawab dengan benar pertanyaan tentang organ tubuh yang terkait dengan aspek kewanitaan, demikian hasil survei yang dilakukan sebuah produsen perlengkapan wanita.

"Hampir 0% remaja perempuan di Indonesia tidak paham tentang tubuh mereka, aspek-aspek keperempuanan, termasuk aspek seksual," kata Andy Iskandar, manajer pemasaran perlengkapan wanita PT Kimberly-Clark Indonesia, di Bandung, Rabu (3/2).

Andy Iskandar, kepada pers di sela kampanye pengetahuan kewanitaan yang diikuti siswi sebuah SMP di Bandung, menyatakan, perusahaannya melakukan survei masalah tersebut di enam negara, termasuk Indonesia.

Dari seluruh responden, kata dia, tingkat pengetahuan remaja perempuan mengenai tubuh mereka rata-rata tiga persen. Sedangkan di Indonesia, rata-ratanya nol persen.

Andy juga mengatakan ditemukan fakta bahwa 70% dari perempuan yang disurvei masih percaya pada mitos di tempat tinggalnya. "Misalnya, sekitar 21% remaja perempuan percaya bahwa mereka bisa kehilangan virginitas karena mengayuh sepeda," kata Andy.

Menurut dia, kurangnya pengetahuan para remaja perempuan ini disebabkan oleh minimnya sarana informasi yang terpercaya, seks yang masih dianggap tabu untuk dibicarakan, dan masih berkembangnya mitos.

Sementara itu, ginekolog yang aktif menangani masalah remaja, dr Boy Abidin, mengatakan, remaja Indonesia saat ini sudah berani bereksplorasi dengan seksualitas mereka. "Penelitian Annisa Foundation tahun 2006 di SMP dan SMA di Jabar mengungkapkan, sebanyak 42,3% melakukan hubungna seks pertama kali saat masih di bangku sekolah berdasarkan rasa suka sama suka," kata Boy menjelaskan.

Boy juga mengungkapkan, lebih dari 60% remaja di kota-kota besar di Indonesia melakukan seks pranikah, dan mereka yakin bila cuma sekali tidak akan hamil.

Untuk itu Boy menyatakan pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi pada anak harus diberikan sedini mungkin, yaitu dari mulai si anak bisa berkomunikasi dan disesuaikan dengan daya serap mereka. "Dari sejak TK pun misalnya sudah diajarkan perbedaan laki-laki dan perempuan dan tentang kelamin," kata Boy.

Psikolog Ratih Ibrahim mengatakan, saat di usia pubertas, seorang anak memiliki keingintahuan yang lebih besar, khususnya tentang hal-hal seksual dan perilaku mereka juga akan berubah.

Ratih menekankan pengaruh lingkungan, khusunya orang tua dan guru sangat penting dalam membantu pendidikan seksualitas anak. Jadi mereka harus memiliki pengetahuan yang benar tentang masalah ini. "Dari penelitian yang kami lakukan, masih banyak remaja perempuan di Indonesia yang setuju bahwa orang tua mereka menganggap membicarakan masalah seks dan juga masalah keperempuanan adalah tabu," ujar Ratih. (Ant/OL-02)

Hubungan Seks Pranikah Mengkhawatirkan

Posted on | 0 komentar
KEBON AGUNG- Berbagai survei yang dilakukan pada sejumlah remaja di Indonesia membuktikan bahwa hubungan seks pra nikah telah dilakukan banyak remaja di usia sekolah. Hal ini cukup mengkhawatirkan, lantaran minimnya pengetahuan para remaja mengenai pendidikan seksologi yang tepat.

Dokter Boy Abidin, Ahli Ginelogi menyatakan, dari penelitian yang dialaksanakan Annisa Foundation tahun 2006 di SMP dan SMU di Jabar mengungkapkan sebesar 42,3 persen hubungan seks pertama kali saat remaja duduk di bangku sekolah.

Sementara survei yang dilangsir BKKBN periode akhir Desember 2008 menyebutkan bahwa 63 persen ramaja di beberapa kota besar di Indonesia telah melakukan seks pra nikah."Namun sebagian besar para remaja ini meyakini bahwa berhubungan seks satu kali tiak menyebabkan kehamilan.

Kondisi ini sangat memprihatinkan dan perlu sekali adanya pembekalan mengenai kesehatan reproduksi, "katanya dalam seminar seksologi dengan tema I Know Campaign yang diadakan di SMPN 6 Semarang, Rabu (10/2) kemarin.

Dia mengatakan, pembekalan dan penyuluhan seputar bodylife knowledge, termasuk pengetahuan seksual sangat penting bagi remaja sekarang. Pasalnya, kebanyakan ramaja saat ini sudah berani bereksplorasi dengan seksualitas mereka.

Persiapan
Hal senada juga diungkapkan psikolog remaja, Ratih Ibrahim yang juga menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut. Menurutnya kondisi ini muncul karena pada masa persiapan menuju kedewasaan, terjadi perkembangan secara pesat baik di fisik, psikologis dan intelektual.

"Sehingga pada masa ini para remaja cenderung memiliki rasa keingintahuan yang besar dan mulai menyukai petualangan dengan mencoba hal-hal yang baru.Oleh karenanya di masa ini diperlukan bimbingan agar mereka memilih jalan yang benar,"ujarnya.

Dia juga mengatakan faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang menjerumuskan remaja pada pilihan hidup yang keliru, salah satunya informasi yang simpang siur seperti mitos yang disiarkan secara turun menurun.Faktor lainnya, hampir seluruh remaja menganggap tabu membicarakan masalah seks kepada kedua orang tuanya. Mereka lebih memilih sharing dengan temannya atau mencari informasi lain.

Ini sangat membahayakan, ketika informasi yang didapatkan baik dari lingkungan maupun akses lain adalah informasi yan keliru.

"Kita tidak dapat menyalahkan para remaja yang kemudian berami bereksplorasi dengan seksualitas, padahal pengetahuan mereka sangat minim. Mereka lebih suka mengakses informasi dari internet daripada bertanya langsung pada orang tuanya,"jelasnya. mun-Ks

Pornografi Pencarian Paling populer pada Anak

Posted on Kamis, 07 Januari 2010 | 0 komentar
Data temuan lembaga keamanan Symantec Norton menunjukkan bahwa pornografi menjadi pencarian dalam jaringan online terpopuler yang dilakukan anak-anak selama 2009. Hasil mengejutkan ini merupakan temuan dalam survei terbaru lembaga keamanan internet, Norton. Seperti diungkap dalam stasiun televisi CBN News, tiga mesin pencari yang paling sering dipakai anak-anak yaitu YouTube, Google dan Facebook. Sementara kata ‘porno’ dan ’seks’ berada posisi kedua dalam data Symantec Norton. Meski Simantec tidak mengeluarkan data negara mana asal anak-anak tersebut, tetapi paling tidak hal ini jadi perhatian para orang tua di Indonesia.

Saat ini teknologi internet memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, termasuk dari kehidupan buah hati Anda. Internet bisa mempermudah mereka menyelesaikan tugas-tugasnya di sekolah. Tetapi dampak negatif dari internet juga tidak kalah besarnya.

Ini merupakan pertanda bahaya bagi para orang tua jika mereka tidak memasukkan unsur seks dalam pendidikan anak-anaknya. Akibatnya anak berusaha belajar sendiri, padahal isi situs porno belum diperlukan anak. Diantara 25 daftar pencarian paling utama, situs jaringan pertemanan, permainan, belanja, dan situs dewasa adalah favorit anak laki-laki. Sedangkan anak-anak perempuan lebih tertarik membuka jaringan sosial, musik, film, selebriti dan tayangan televisi.

Penemuan melibatkan 14,6 juta pencarian pada Februari hingga Desember 2009 di sebuah situs pencarian grastis, OnlineFamily. Norton menyarankan agar orangtua menggunakan filter untuk memonitor penggunaan internet putra-putri mereka. Aktifitas online yang semakin meningkat di kalangan anak-anak telah menjadi ancaman. Orangtua perlu lebih dari sekedar memperingatkan anak mereka mengenai isi internet. Dalam keadaan seperti ini hal yang paling mendesak dilakukan orangtua harus berdiskusi bersama anak mengenai topik yang mengundang rasa ingin tahu mereka sekaligus melindungi anak dari ancaman dunia maya.
Indonesia pengakses Pornografi terbesar di dunia

Tehnik memblokir Situs Porno

Seperti di tayangkan pada gambar, ada beberapa teknik proses blokir situs tidak baik. Disini akan dicoba untuk dijelaskan teknik untuk mem-blok situs yang tidak baik tersebut. Walaupun harus di akui bahwa semua teknik mem-Blok situs tidak baik dibuat oleh manusia juga. Tidak ada jaminan dapat melakukan tugasnya dengan baik 100%. Ada banyak cara untuk mem- bypass proses blok buatan manusia. Terus terang, jauh lebih ampuh jika dapat menggunakan mekanisme blok yang diberikan oleh Pencipta Manusia.


baca selengkapnya di http://saveindonesianchildren.wordpress.com/2010/01/06/pornografi-pencarian-paling-populer-pada-anak-anak-bagaimana-pencegahannya/