Remaja Putri Indonesia tidak Paham Kewanitaanya

Posted on Jumat, 12 Februari 2010 |
BANDUNG--MI: Hampir seluruh remaja putri Indonesia yang menjadi responden suatu survei tidak dapat menjawab dengan benar pertanyaan tentang organ tubuh yang terkait dengan aspek kewanitaan, demikian hasil survei yang dilakukan sebuah produsen perlengkapan wanita.

"Hampir 0% remaja perempuan di Indonesia tidak paham tentang tubuh mereka, aspek-aspek keperempuanan, termasuk aspek seksual," kata Andy Iskandar, manajer pemasaran perlengkapan wanita PT Kimberly-Clark Indonesia, di Bandung, Rabu (3/2).

Andy Iskandar, kepada pers di sela kampanye pengetahuan kewanitaan yang diikuti siswi sebuah SMP di Bandung, menyatakan, perusahaannya melakukan survei masalah tersebut di enam negara, termasuk Indonesia.

Dari seluruh responden, kata dia, tingkat pengetahuan remaja perempuan mengenai tubuh mereka rata-rata tiga persen. Sedangkan di Indonesia, rata-ratanya nol persen.

Andy juga mengatakan ditemukan fakta bahwa 70% dari perempuan yang disurvei masih percaya pada mitos di tempat tinggalnya. "Misalnya, sekitar 21% remaja perempuan percaya bahwa mereka bisa kehilangan virginitas karena mengayuh sepeda," kata Andy.

Menurut dia, kurangnya pengetahuan para remaja perempuan ini disebabkan oleh minimnya sarana informasi yang terpercaya, seks yang masih dianggap tabu untuk dibicarakan, dan masih berkembangnya mitos.

Sementara itu, ginekolog yang aktif menangani masalah remaja, dr Boy Abidin, mengatakan, remaja Indonesia saat ini sudah berani bereksplorasi dengan seksualitas mereka. "Penelitian Annisa Foundation tahun 2006 di SMP dan SMA di Jabar mengungkapkan, sebanyak 42,3% melakukan hubungna seks pertama kali saat masih di bangku sekolah berdasarkan rasa suka sama suka," kata Boy menjelaskan.

Boy juga mengungkapkan, lebih dari 60% remaja di kota-kota besar di Indonesia melakukan seks pranikah, dan mereka yakin bila cuma sekali tidak akan hamil.

Untuk itu Boy menyatakan pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi pada anak harus diberikan sedini mungkin, yaitu dari mulai si anak bisa berkomunikasi dan disesuaikan dengan daya serap mereka. "Dari sejak TK pun misalnya sudah diajarkan perbedaan laki-laki dan perempuan dan tentang kelamin," kata Boy.

Psikolog Ratih Ibrahim mengatakan, saat di usia pubertas, seorang anak memiliki keingintahuan yang lebih besar, khususnya tentang hal-hal seksual dan perilaku mereka juga akan berubah.

Ratih menekankan pengaruh lingkungan, khusunya orang tua dan guru sangat penting dalam membantu pendidikan seksualitas anak. Jadi mereka harus memiliki pengetahuan yang benar tentang masalah ini. "Dari penelitian yang kami lakukan, masih banyak remaja perempuan di Indonesia yang setuju bahwa orang tua mereka menganggap membicarakan masalah seks dan juga masalah keperempuanan adalah tabu," ujar Ratih. (Ant/OL-02)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar