Perlunya Pendidikan Seks bagi Remaja

Posted on Kamis, 29 April 2010 |
SULITNYAmendapatkan informasi yang akurat dan masih kuatnya mitos yang beredar, membuat remaja perempuan memiliki pemahaman yang kurang tepat mengenai tubuhnya.

Remaja merupakan individu yang sedang berada dalam masa persiapan menuju kedewasaan.Pada masa ini terjadi berbagai perkembangan secara pesat, baik fisik maupun psikologis, serta intelektual. Tidak heran, pada masa ini para remaja cenderung memiliki rasa keingintahuan yang besar dan mulai menyukai petualangan dengan mencoba hal-hal yang baru. ”Pada masa inilah mereka memerlukan bimbingan agar dapat membuat pilihan yang benar.

Sehingga, penting sekali setiap remaja, terutama perempuan,memiliki pengetahuan memadai mengenai kewajiban mereka melindungi hak-hak atas tubuhnya,” kata psikolog Ratih Ibrahim saat berbicara di kampanye I Know yang digagas Kotex,beberapa hari lalu. Faktor lingkungan adalah salah satu yang dapat menjerumuskan para remaja kepada pilihan hidup yang keliru. Misalnya saja masih berkembangnya informasi yang simpang siur,yang diturunkan dari generasi sebelumnya dan dipercaya hingga kini.

Pemicu lain yakni berdasarkan masih banyaknya remaja perempuan di Indonesia yang setuju bahwa orangtua mereka menganggap membicarakan masalah seks dan juga masalah keperempuanan adalah tabu.Ada pula remaja yang menganggap diri masih terlalu kecil untuk mengetahui soal seksualitas. ”Kita kemudian tidak dapat menyalahkan remaja yang berani bereksplorasi dengan seksualitas. Padahal pengetahuan mereka amat minim,” kata psikolog yang menaruh perhatian terhadap pengembangan pribadi remaja ini. Ratih merujuk pada data yang didapat dari NRC report tahun 2002.

Laporan ini memaparkan tentang pernyataan industri pornografi bahwa 20%-30% remaja usia 8-17 tahun mengakses situs porno.Artinya, banyak dari remaja yang lebih mudah mengakses internet untuk mencari informasi tentang seksualitas daripada bertanya langsung dengan orangtua. Bahkan,menurut ginekolog dr Boy Abidin, remaja di Indonesia sudah berani bereksplorasi dengan seksualitas. Penelitian Annisa Foundation pada 2006 yang dilakukan di SMP dan SMA di Jawa Barat mengungkapkan, sebesar 42,3% siswa tersebut melakukan hubungan seks pertama kali saat masih di bangku sekolah.

”Mereka melakukannya atas dasar rasa saling suka dan tanpa paksaan,”imbuh Boy. Survei lain menunjukkan,63% remaja di beberapa kota besar di Indonesia telah melakukan hubungan seks pranikah.Namun sebagian besar meyakini berhubungan seks satu kali tidak menyebabkan kehamilan. Hal ini berdasarkan data dari BKKBN periode akhir Desember 2008. Keyakinan yang tidak berlandaskan ini yang akhirnya membuat remaja dengan nekatnya berani melakukan hubungan seks. Padahal, Boy mengatakan, tidak ada jaminan melakukan hubungan seks satu kali saja tidak akan berisiko hamil.

”Bahkan,walaupun ketika berhubungan baik,wanita maupun prianya masih mengenakan celana sekalipun,tidak menjamin si wanita tidak akan hamil,” tutur dokter yang aktif memberikan penyuluhan dan pembekalan kepada remaja seputar kesehatan reproduksi ini. Sebab,sperma yang telah dikeluarkan pria bersifat sangat aktif dan mampu menembus celana ketika pasangan tengah bermesraan. Jika bagian tengah sperma ini sudah bertemu dengan sebuah sel telur dan melebur menjadi satu, maka terjadilah pembuahan dan kehamilan pun tidak dapat dihindari.

Boy menceritakan pengalamannya ketika praktik.Pernah ada seorang pasien yang datang kepadanya dinyatakan positif hamil. ”Pasien saya itu katakan adalah,’kokbisa ya dok padahal saya pakai celana dalam loh’,”kata Boy.Ia lantas mengatakan, jika si pria telah mengeluarkan cairan sperma,maka risiko kehamilan pun sangat besar. Kalau kehamilan sudah terjadi, jalan keluar yang paling aman dilakukan menurut mereka adalah dengan melakukan tindakan aborsi. Banyak pula informasi beredar yang mengatakan aborsi aman dan tanpa efek samping.

Ya benar,memang tidak ada efek samping untuk jangka pendek.Namun, untuk jangka waktu panjang, bersiaplah menghadapi penyakit mematikan yang mungkin diderita. Salah satunya kanker leher rahim atau serviks.Penyakit mematikan ini, terjadi karena dipicu lantaran berhubungan badan ketika usia masih di bawah 20 tahun.Pada usia ini,leher rahim masih teramat rentan dan karenanya amat mudah dimasuki virus human papillomavirus (HPV) yang sangat aktif.Penyakit ini baru akan dialami tubuh dalam waktu 10-20 tahun ke depan.

Berhubungan seks pada masa remaja, selain berisiko mengidap penyakit seperti kanker,juga berisiko tertular penyakit kelamin. Ada banyak penyakit menular kelamin selain HPV.Penyakit yang paling umum di antaranya klamadia, penyakit ini tidak memiliki gejaladitahapawal. Namun,dapatmengarah ke masalah serius seperti kemandulan bila tidak ditangani. Penyakit ini mudah diobati dengan antibiotik.Ada pula gonorea,yakni infeksi tanpa menunjukkan gejala yang dapat mengarah pada kemandulan. Sementara,penyakit yang sangat serius menyerang sistem kekebalan tubuh dan belum diketahui obatnya, serta bisa menyebabkan kematian adalah HIV dan AIDS.

Penyakit menular seksual ini ditularkan dalam banyak cara,terutama melalui pertukaran cairan tubuh, seperti air mani,cairan vagina, dan darah.”Namun, seperti penyakit- penyakit lain,misalnya kutil kelamin, dapatditularkanmelaluikontak kulit,”tutur Boy.(sri noviarni)

Sumber: Koran SINDO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar